ISLAMTODAY ID-Moskow menuduh pihak berwenang Ukraina berencana menggunakan senjata pemusnah massal (WMD) untuk menjebak militer Rusia.
Insiden itu akan digunakan untuk memicu penyelidikan “skenario Suriah” untuk memalsukan bukti dan menyalahkan, kata Letnan Jenderal Igor Kirillov, kepala Pasukan Perlindungan Radiasi, Kimia dan Biologi Rusia (OPCW), pada hari Rabu (11/5).
“Kementerian Pertahanan Rusia memiliki informasi tentang persiapan provokasi dengan tujuan menuduh Angkatan Bersenjata Rusia menggunakan senjata pemusnah massal, diikuti oleh penyelidikan ‘skenario Suriah’, yang memungkinkan bukti yang diperlukan dibuat dan disalahkan,” ungkap Kirillov mengatakan, tampaknya mengacu pada peristiwa seputar dugaan serangan kimia 2018 di Douma, Suriah.
Saat itu, AS, Inggris, dan Prancis langsung menyalahkan pemerintah di Damaskus dan melancarkan serangan ke wilayah Suriah sebelum penyelidikan dapat dilakukan.
Penyelidikan selanjutnya oleh OPCW, yang juga menyalahkan Damaskus, dirusak oleh inkonsistensi dan skandal pelapor.
Kiev sedang bersiap untuk menggelar insiden kimia jauh sebelum konflik yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina pecah pada akhir Februari, ungkap pejabat itu.
“Kemungkinan tinggi provokasi semacam itu dikonfirmasi oleh permintaan administrasi Kiev untuk penyediaan peralatan pelindung pribadi untuk kulit dan organ pernapasan yang memberikan perlindungan terhadap bahan kimia beracun dan agen biologis,” ujarnya, seperti dilansir dari RT, Rabu (11/5)
Sementara itu, fakta pasokan penangkal racun organofosfat ke Ukraina memprihatinkan.
Pada tahun 2022 saja, atas permintaan Kementerian Kesehatan Ukraina, lebih dari 220.000 ampul atropin dikirim dari Amerika Serikat.
Moskow telah berulang kali menuduh Kiev berusaha melancarkan serangan bendera palsu untuk menyalahkan pasukan Rusia.
Pada akhir April, Kirillov menguraikan “tiga skenario” untuk potensi penggunaan WMD oleh pasukan Kiev.
Pada saat itu, dia mengatakan bahwa serangan bendera palsu terhadap warga sipil atau “tindakan sabotase di situs Ukraina yang terlibat dalam pengembangan komponen senjata pemusnah massal” adalah yang paling mungkin terjadi.
Opsi lain yang diduga dipertimbangkan oleh Kiev mencakup penggunaan WMD secara “diskrit” “dalam jumlah kecil”, serta “penggunaan WMD secara terbuka di medan perang”.
Bagaimanapun, yang terakhir adalah yang paling kecil kemungkinannya, kata Kirillov.
Rusia menyerang negara tetangga itu menyusul kegagalan Ukraina untuk mengimplementasikan persyaratan perjanjian Minsk, yang pertama kali ditandatangani pada 2014, dan pengakuan akhirnya Moskow atas republik Donbass, Donetsk dan Lugansk.
Protokol yang diperantarai Jerman dan Prancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.
Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.
Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik dengan paksa.
(Resa/RT)