ISLAMTODAY ID-Pasukan Israel menggerebek rumah direktur dan Imam Masjid Al-Aqsa, Omar al-Kiswani, pada 19 September di kota Al-Tur di Yerusalem Timur yang diduduki.
Menurut sumber lokal, Al-Kiswani dipindahkan ke pusat interogasi Al-Maskobiya setelah ditangkap di rumahnya.
Dia dibebaskan beberapa jam kemudian.
Laporan menunjukkan beberapa ponsel dan komputer disita selama penggerebekan rumahnya.
Serangan dan penangkapan itu dilaporkan terjadi sebagai tanggapan atas pernyataan yang dibuat Al-Kiswani kepada media.
Untuk diketahui, Al-Kiswani mengecam serangan lanjutan Israel terhadap Masjid Al-Aqsa.
Intelijen Israel diduga mengancam direktur Masjid beberapa hari sebelumnya, memperingatkan dia untuk berhenti membuat pernyataan yang “mengganggu” pemerintah di Tel Aviv.
Penargetan Al-Kiswani terjadi satu hari setelah serangan ilegal terbaru pemukim Israel ke Masjid Al-Aqsa.
“Pada hari Ahad (18/9), puluhan pemukim menyerbu kompleks Al-Aqsa di bawah perlindungan pasukan bersenjata lengkap, melakukan ritual Talmud di seluruh halaman Masjid,” ungkap saksi mata, seperti dilansir dari The Cradle, Senin (19/9).
Kelompok sayap kanan Israel baru-baru ini meningkatkan seruan bagi jamaah Israel untuk menyerbu situs suci secara massal pada 29 September pada kesempatan Tahun Baru Yahudi.
Mei lalu, menjelang ‘Pawai Bendera’ yang provokatif di Yerusalem Timur, Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah memperingatkan “konsekuensi yang mengerikan” jika eskalasi berbahaya terjadi di Masjid Al-Aqsa.
Kelompok supremasi Yahudi selama berbulan-bulan telah menyerukan untuk menghancurkan Masjid Al-Aqsa untuk membangun kuil Yahudi ketiga di atas puing-puing.
Tindakan kelompok-kelompok ekstremis ini telah memperburuk situasi yang sudah bergejolak di Yerusalem yang diduduki dan Tepi Barat.
Dalam beberapa bulan terakhir, pihak berwenang Israel telah secara drastis menggenjot serangan mereka di wilayah Palestina, karena meningkatnya serangan balasan yang diluncurkan oleh kelompok perlawanan Palestina seperti Hamas dan Jihad Islam Palestina (PIJ).
Ketegangan meningkat secara signifikan setelah Israel melakukan kampanye pengeboman selama tiga hari yang tidak beralasan di Jalur Gaza, yang menewaskan puluhan warga sipil, termasuk 17 anak-anak.
(Resa/The Cradle)