ISLAMTODAY ID-Pemimpin Qatar Tamim bin Hamad Al-Thani mengatakan sedang menghapi tingkat kritik yang belum pernah terjadi sebelumnya selama dekade terakhir.
Dia menambahkan bahwa Qatar telah menghadapi kampanye kritik yang belum pernah terjadi sebelumnya yang merupakan fitnah dan rekayasa sejak memenangkan tawaran untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022.
“Sejak kami mendapat kehormatan menjadi tuan rumah Piala Dunia, Qatar telah menjadi target kampanye yang belum pernah terjadi sebelumnya yang tidak pernah diderita oleh negara tuan rumah lainnya,” ungkap Al Thani saat pidato pembukaan majelis legislatif Dewan Syura, seperti dilansir dari MEE, Selasa (25/10).
Dalam pidato yang disiarkan televisi, emir mengatakan Qatar menangani kritik ini dengan itikad baik dan “bahkan menganggap beberapa kritik sebagai positif dan berguna untuk membantu kami meningkatkan aspek yang perlu ditingkatkan”.
Namun, dia menambahkan bahwa kampanye itu tanpa henti dan termasuk “fitnah dan standar ganda hingga mencapai keganasan sehingga semua orang bertanya-tanya tentang motif dan alasan sebenarnya di balik kampanye ini”.
“Kami menyadari pentingnya menjadi tuan rumah acara besar seperti Piala Dunia di dunia Arab, dan Qatar sekarang lebih seperti bengkel dalam mempersiapkan acara,” ungkap emir.
“[Piala Dunia] adalah kesempatan untuk menunjukkan siapa kita, tidak hanya dalam hal kekuatan ekonomi dan institusi kita, tetapi juga pada tingkat identitas kita.”
Qatar memenangkan tawaran untuk menjadi tuan rumah turnamen sepak bola global pada 2010, menjadikannya negara Arab dan Muslim pertama yang melakukannya.
Gianni Infantino, presiden FIFA, mengatakan Piala Dunia Qatar yang akan dimulai pada 20 November dan menjadi “yang terbaik yang pernah ada”.
Negara Teluk yang kaya energi telah menghadapi kritik atas berbagai masalah oleh aktivis hak asasi manusia sejak 2010, termasuk laporan penganiayaan terhadap pekerja migran dan orang-orang LGBTQ+.
Sejak dianugerahi turnamen Piala Dunia, Qatar berada di bawah tekanan kuat untuk mereformasi hak-hak buruhnya dan melarang sistem kafala yang eksploitatif.
Namun, meskipun telah membuat kemajuan dalam reformasi perburuhan, pekerja migran di Qatar masih dilarang bergabung dengan serikat pekerja dan berpartisipasi dalam pemogokan.
(Resa/MEE)