(IslamToday ID)—AS tidak berada dalam posisi untuk memasok Ukraina dengan rudal balistik taktis dalam jumlah yang dapat membantu membalikkan keadaan dalam serangan balasannya, demikian laporan Financial Times.
Surat kabar Inggris itu juga mengutip beberapa ahli yang mempertanyakan apakah jenis senjata ini dapat membantu Kiev mencapai terobosan besar sama sekali.
Dalam artikelnya pada hari Ahad (20/8/2023), FT melaporkan bahwa AS sederhananya tidak memproduksi cukup banyak rudal balistik taktis, yang diminta oleh Ukraina, untuk “membuat perbedaan signifikan di medan perang.”
Selain itu, menurut laporan FT, pertimbangan lain yang mencegah pengiriman proyektil semacam itu adalah bahwa tindakan semacam itu dapat menyebabkan eskalasi konflik lebih lanjut dengan Rusia.
Samuel Charap, seorang ilmuwan politik senior di Rand Corporation, juga memberikan komentar soal pasokan senjata Ukraina.
“Keinginan Ukraina untuk mendapatkan rudal jarak jauh adalah keliru,” ungkap Samuel Charap, seperti dilansir dari RT, Ahad (20/8/2023)
Pakar tersebut menekankan bahwa roket seperti ini bukanlah “tongkat ajaib” dan kemungkinan besar tidak akan menyelesaikan hambatan ranjau dan pertahanan Rusia yang kokoh yang saat ini dihadapi oleh pasukan Kiev.
FT mengutip beberapa pejabat AS yang memperingatkan bahwa sejauh mana bantuan militer AS bisa menyusut ketika pemilihan presiden 2024 semakin dekat.
Kemungkinan terpilihnya kembali Republikan Donald Trump menambah lapisan ketidakpastian, mengingat janji-janjinya yang berulang untuk mengakhiri konflik segera setelah dia menjabat, demikian catatan artikel tersebut.
Sementara itu, di Jerman – negara lain yang telah diminta oleh Kiev untuk rudal jarak jauh – survei yang dirilis oleh ARD-DeutschlandTrend pada Jumat menunjukkan bahwa 52% responden dengan tegas menentang pengiriman semacam itu, sementara 36% mendukungnya.
Sejauh ini, pejabat Jerman papan atas, termasuk Kanselir Olaf Scholz, nampak enggan untuk menyerahkan rudal Taurus kepada Ukraina.
Roket tersebut memiliki jangkauan sekitar 500 kilometer (310 mil).
Kembali pada bulan Mei, Inggris menjadi negara pertama yang memberikan Ukraina jenis senjata ini, dengan mengirimkan rudal jelajah Storm Shadow, dengan jangkauan lebih dari 250 kilometer.
Bulan lalu, Prancis mengikuti jejak yang sama, menyuplai Ukraina dengan versi lokal dari Storm Shadow mereka, yang diberi nama SCALP.
Moskow telah berulang kali memperingatkan negara-negara Barat untuk tidak mengirim senjata ke Ukraina, dengan berargumen bahwa dengan melakukannya, mereka hanya memperpanjang konflik dan juga terlibat dalam “perang proksi” melawan Rusia.(res)