(IslamToday ID)—India melakukan protes terhadap peta China yang mengklaim wilayahnya menjelang KTT G20 pekan depan di New Delhi.
Langkah China tersebut memperburuk ketegangan selama tiga tahun ketegangan militer antara kedua negara tersebut.
Waktu protes ini sangat penting, karena Presiden China Xi Jinping diharapkan akan menghadiri pertemuan negara-negara industri dan berkembang.
“Kami menolak klaim-klaim ini karena tidak memiliki dasar. Langkah-langkah semacam ini oleh pihak China hanya memperumit penyelesaian masalah perbatasan,” ungkap juru bicara Kementerian Urusan Luar Negeri, Arindam Bagchi.
Dia mengatakan bahwa India juga secara resmi menyampaikan keberatan melalui saluran diplomatik kepada pihak China mengenai “peta standar” tahun 2023 yang disebut China yang mengklaim wilayah India.
Versi peta China yang diterbitkan di situs web Kementerian Sumber Daya Alam dengan jelas menunjukkan Arunachal Pradesh dan Dataran Doklam, yang telah menjadi sumber perselisihan, dimasukkan dalam batas wilayah China, bersama dengan Aksai Chin di bagian barat yang dikuasai China namun masih diakui klaim oleh India.
Menteri Urusan Luar Negeri India, Jaishankar Subhramanyam, juga menolak klaim China dalam wawancara televisi.
“Menyatakan klaim absurd atas wilayah India tidak menjadikannya wilayah China,” ujar Jaishankar, seperti dilansir dari TRTWorld, Rabu (30/8/2023).
Baru-baru ini, China menolak memberikan visa kepada pejabat dari negara bagian Arunachal Pradesh di timur laut India, dan malah menggunakan sertifikat yang ditempelkan.
Minggu lalu, Perdana Menteri India Narendra Modi secara informal berbicara dengan Presiden China Xi di sela-sela KTT BRICS di Johannesburg, di mana Modi menyoroti keprihatinan New Delhi mengenai masalah perbatasan yang belum terselesaikan.
Kementerian luar negeri India mengatakan kedua pemimpin sepakat meningkatkan upaya untuk meredakan ketegangan di perbatasan yang diperebutkan antara mereka dan mengembalikan ribuan pasukan mereka yang ditempatkan di sana.
Batas yang diperebutkan telah menyebabkan ketegangan tiga tahun antara puluhan ribu tentara India dan China di wilayah Ladakh.
Bentrokan tiga tahun lalu di wilayah tersebut menewaskan 20 tentara India dan empat tentara China.
“Dua pihak harus mempertimbangkan kepentingan keseluruhan hubungan bilateral mereka dan menangani dengan baik masalah perbatasan agar bersama-sama menjaga perdamaian dan ketenangan di wilayah perbatasan,” ungkap Kementerian Luar Negeri China setelah pertemuan kedua pemimpin tersebut.
Komandan militer India dan China telah bertemu awal bulan ini dalam upaya nyata untuk menstabilkan situasi.
Sebuah batas yang disebut “Garis Kontrol Aktual” memisahkan wilayah yang dikuasai China dan India dari Ladakh di sebelah barat hingga negara bagian timur India, Arunachal Pradesh, yang seluruhnya diklaim oleh China.
India dan China pernah berperang akibat masalah perbatasan pada tahun 1962.
China mengklaim sekitar 90.000 kilometer persegi (35.000 mil persegi) wilayah di timur laut India, termasuk Arunachal Pradesh dengan populasi mayoritas Buddha.
India menyatakan bahwa China menduduki 38.000 kilometer persegi (15.000 mil persegi) wilayahnya di Dataran Aksai Chin, yang India anggap sebagai bagian dari Ladakh, tempat terjadinya ketegangan saat ini.(res)