(IslamToday ID) –Radio Free Asia (RFA), media yang didanai Amerika Serikat (AS), menyoroti upaya China untuk menggabungkan Islam dengan Konghucu untuk komunitas Uighur di Xinjiang.
Salah satu caranya, mereka ingin merilis Al-Qur’an versinya sendiri—yakni berbahasa Mandarin yang ditafsirkan dengan Konfusianisme atau Konghucu.
Pada akhir Juli, sekelompok pejabat pemerintah dan akademisi China bertemu di Urumqi untuk membahas bagaimana Xinjiang menerapkan rencana nasional untuk “sinicize” atau “mensinifikasi” Islam.
Rencana yang menjadi tanggung jawab mereka, yaitu kerangka kerja lima tahun yang diluncurkan pada tahun 2018, akan tetapi belum sepenuhnya dilaksanakan.
Menguip laporan RFA, Kamis (21/9/2023), secara khusus, China perlu berbuat lebih banyak untuk “menyatukan Islam dengan Konfusianisme”.
Untuk mencapai hal ini, mereka perlu merilis Al-Qur’an baru berbahasa Mandarin yang diterjemahkan dan diberi anotasi yang selaras dengan “semangat zaman”.
“Mensinifikasi Islam di Xinjiang harus mencerminkan aturan sejarah tentang bagaimana masyarakat berkembang, melalui konsolidasi kekuatan politik, pengamanan masyarakat, dan konstruksi budaya,” kata Wang Zhen, seorang profesor di Institut Sosialisme Pusat China.
Lembaga ini adalah bagian dari Kelompok Kerja Front Bersatu Partai Komunis, yang mengendalikan urusan agama China. Ini menghasilkan rencana sinisasi.
“PKC mengidentifikasi ini sebagai satu-satunya praktik keagamaan yang benar di China,” kata David Stroup, dosen Studi China di Universitas Manchester.
“Menggunakan pembingkaian seperti ini, untuk menyelaraskan Islam dengan konfusianisme, menyelaraskan Islam dengan tradisi China, adalah pembacaan sejarah yang sangat selektif,” imbuhnya.
Selain terjemahan bahasa Mandarin, PKC sedang mempertimbangkan terjemahan al-Quran Uighur yang baru dan berbahasa sinifikasi.
Banyak Muslim Uighur menyukai terjemahan bahasa Arab-Uighur tahun 1980-an yang ditulis oleh ulama Muhammad Salih. Namun toko buku berhenti menyediakannya sekitar tahun 2010.
Salih sendiri meninggal dalam tahanan polisi pada tahun 2018, pada usia 82 tahun.
PKC juga akan memperkuat personel keagamaannya, menjelaskan dengan benar al-Quran dan Hadits dalam versi baru yang diberi penjelasan dan mempromosikan penggunaan Konfusianisme untuk menafsirkan kitab suci.
“Tujuan akhir dari sinifikasi adalah untuk memungkinkan adanya pengawasan yang lebih besar,” kata Stroup. “Mereka ingin mengendalikan segalanya,” tukasnya.
Rencana 32 Poin China
Sekretaris Jenderal Partai Komunis China Xi Jinping pertama kali menyebutkan “sinifikasi” agama di China dalam pidatonya pada tahun 2015.
Dia menyebutkan sinifikasi Islam secara khusus pada tahun 2017. Pada tahun 2018, partai tersebut telah menyusun rencana nasional untuk “mensinifikasi” masing-masing dari tiga agama monoteistik utama di negara tersebut: Protestan, Katolik, dan Islam, yang akan diterapkan selama lima tahun ke depan.
Menurut China Law Translate, ada rencana 32 poin untuk Islam yang menyoroti masalah-masalah di beberapa bidang yang tidak dapat diabaikan.
“Beberapa tempat telah dipenuhi dengan ideologi ekstremis agama,” kata lembaga tersebut. Sebagai contoh, kata lembaga itu, masjid meniru arsitektur asing, umat Islam mengenakan pakaian asing, dan label makanan halal diterapkan secara berlebihan.
“Beberapa meniadakan ideologi tradisional Islam Tiongkok,” imbuh lembaga itu merinci sebagaian dari rencana 32 poin. [sya]