(IslamToday ID)—Iran menuntut Swedia untuk mengambil tindakan atas pembakaran Al-Quran sebelum kedua negara dapat bertukar duta besar lagi.
Lebih lanjut, Kementerian luar negeri Iran juga mendesaknya untuk membebaskan seorang warganya yang dipenjara.
Menteri Luar Negeri Hossein Amir-Abdollahian membahas masalah Al-Quran dengan mitranya dari Swedia, Tobias Billstrom, di sela-sela Sidang Umum PBB.
“Mengenai pertukaran duta besar, kami menunggu tindakan yang baik dalam masalah Al-Quran di Swedia,” ungkap utusan utama Iran kepada Billstrom di New York, seperti dilansir dari The local.se, Ahad (24/9/2023).
Untuk diketahui, Swedia telah mengalami serangkaian pembakaran kitab suci umat Islam di depan umum.
Stockholm telah menyuarakan kecaman tetapi mengatakan tidak dapat menghentikan tindakan yang dilindungi oleh undang-undang kebebasan berekspresi.
Iran mengatakan pada bulan Juli bahwa mereka tidak akan mengizinkan duta besar Swedia yang baru masuk ke negara itu setelah misi utusan terakhir berakhir.
Presiden Iran Ebrahim Raisi beberapa hari yang lalu mengangkat Al Quran di mimbar PBB dan menyatakan bahwa “api ketidakhormatan tidak akan mengalahkan kebenaran ilahi”, dan juga mengutuk Islamofobia dan apartheid budaya di Barat.
Amir-Abdollahian mengatakan kepada mitranya dari Swedia bahwa membela nilai-nilai Swedia dengan mengabaikan nilai-nilai dua miliar Muslim di dunia tidak dapat diterima.
Tahanan
Dia juga mendesak Stockholm untuk membebaskan Hamid Noury, seorang warga Iran yang ditangkap pada November 2019.
Hamid Noury dijatuhi hukuman penjara seumur hidup setelah divonis bersalah atas eksekusi massal tahanan yang diperintahkan oleh Teheran pada tahun 1988.
“Kami berharap pemerintah Swedia akan membuat keputusan yang bijaksana dan berani dalam tahap banding dan membebaskan Noury,” ungkap menteri.
Selain itu, dia menambahkan bahwa kami siap untuk kerja sama yang positif dan konstruktif di berbagai bidang.
Pernyataan tersebut tidak menyinggung warga negara Swedia yang dipenjara di Iran, termasuk diplomat Uni Eropa Johan Floderus, 33 tahun, yang telah ditahan selama lebih dari 500 hari.
Pada bulan Juli tahun lalu, Iran mengumumkan bahwa mereka telah menahan seorang warga Swedia atas dugaan spionase, dan pada awal bulan ini pengadilan Iran menyatakan bahwa warga negara Swedia tersebut telah melakukan kejahatan terhadap Iran.
Warga negara Iran-Swedia lainnya, akademisi Ahmadreza Djalali, terancam hukuman gantung setelah divonis bersalah atas tuduhan “korupsi di muka bumi” di Iran, yang tidak mengakui dwi-kewarganegaraan.
Dia dijatuhi hukuman mati pada tahun 2017 karena dituduh menjadi mata-mata untuk Israel, sebuah tuduhan yang dibantah keras oleh keluarganya.
Pada bulan Mei, Iran menghukum gantung seorang warga Swedia-Iran lainnya, Habib Chaab, atas tuduhan terorisme yang menuai kecaman keras dari Swedia.
Chaab, seorang pembangkang Iran, telah ditahan di republik Islam tersebut sejak Oktober 2020 setelah ia menghilang saat berkunjung ke Turki.
Chaab juga dihukum atas tuduhan “korupsi di muka bumi” setelah dinyatakan bersalah memimpin kelompok pemberontak yang dituduh melakukan serangan di Iran sejak 2005.(res)