(IslamToday ID)—Menteri Luar Negeri Rusia melakukan kunjungan resmi ke Pyongyang pada hari Rabu (18/10) untuk meningkatkan upaya bersama antara Rusia dan Korea Utara melawan Amerika Serikat dan sekutu-sekutu regionalnya.
Diyakini perkembangan ini dapat lebih mempersulit strategi keamanan global Washington di tengah keterlibatan dalam konflik Ukraina dan Israel.
“Dalam iklim politik global yang rumit saat ini, yang didominasi oleh upaya blok Barat yang dipimpin oleh AS untuk mendominasi, ikatan dan persatuan kita bersandar pada hubungan persahabatan jangka panjang,” ungkap Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov yang dikutip oleh KCNA.
Menteri Rusia menambahkan bahwa kunjungannya menandai “momentum penting” untuk mencapai hasil nyata dalam memperkuat hubungan “dalam dan strategis” antara kedua negara.
Menteri Luar Negeri Korea Utara, Choe Son-hui juga membanggakan hubungan tersebut, dan menggambarkannya sebagai “berkembang dan bergerak menuju kemitraan visioner.”
“Kami menyatakan optimisme kami bahwa perjanjian bersejarah yang disepakati oleh pemimpin kami selama kunjungan mereka akan menghasilkan hasil positif, meningkatkan hubungan bilateral yang luas dan produktif,” ungkapnya, seperti dilansir dari RFA, Kamis (19/10/2023).
Kunjungan ini terjadi ketika pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, melakukan kunjungan ke timur jauh Rusia untuk bertemu dengan rekan sejawatnya, Vladimir Putin, bulan lalu.
Selama pertemuan itu, mereka berjanji untuk memperkuat kerja sama bilateral di semua bidang, termasuk kerja sama militer.
Saat kunjungan berakhir, Rusia memberi isyarat tentang kemungkinan kunjungan balasan Putin ke Korea Utara.
Kunjungan Menteri Luar Negeri Rusia ini kemungkinan besar telah memasukkan kunjungan balasan Putin ke Korea Utara dalam agenda.
Meskipun KCNA tidak memberikan rincian tentang kemungkinan kunjungan tersebut, media negara tersebut menandakan bahwa kedua negara berada dalam jalur untuk memperdalam kerja sama mereka.
Kolaborasi yang semakin dalam antara Rusia dan Korea Utara dapat menimbulkan tantangan yang kompleks bagi kalkulasi keamanan internasional Presiden AS Joe Biden karena AS tetap terlibat dalam situasi yang rumit di Ukraina dan Israel.
Putin dan Kim tidak secara publik mengomentari kesepakatan amunisi bulan lalu, tetapi Kremlin mengatakan bahwa mereka akan bekerja sama dengan Korea Utara dalam “area sensitif yang tidak dapat diungkapkan.”
Hal tersebut menimbulkan mencurigakan bahwa Pyongyang mungkin akan memberikan amunisi kepada Rusia.
Untuk diketahui, Putin menawarkan bantuan kepada Kim dalam meningkatkan teknologi “satelit”nya.
Sementara itu, transfer teknologi yang relevan dapat membawa ancaman bagi masyarakat internasional karena teknologi roket dapat digunakan baik untuk peluncuran satelit maupun misil.
Oleh karena itu, PBB melarang Korea Utara dari meluncurkan roket balistik, bahkan jika diklaim sebagai peluncuran satelit.(res)