(IslamToday ID)—Dokter Gaza, Mohammad Abu Namous, memeluk putrinya untuk terakhir kalinya di perbatasan Rafah pada hari Selasa (7/11/2023) dan mengucapkan selamat tinggal yang emosional kepada keluarganya.
Dokter tersebut harus tetap tinggal di Gaza untuk merawat ribuan orang yang terluka dalam pemboman Israel di daerah kantong tersebut.
Keluarga Namous memegang kewarganegaraan Moldova, termasuk di antara ratusan warga Gaza dengan paspor asing yang diizinkan berangkat ke Mesir melalui penyeberangan.
Untuk diketahui, Perbatasan Rafah adalah satu-satunya jalan keluar dari wilayah kantong Palestina yang terkepung dan tidak berbatasan dengan Israel.
Tidak ada jalan keluar lain dari hal ini. Tidak ada keamanan. Seluruh Jalur Gaza tidak aman. Itulah mengapa yang terbaik adalah saya mengeluarkannya sehingga saya dapat fokus pada pekerjaan saya merawat pasien.
Namous mengatakan kepada Reuters sambil duduk bersama istri dan putrinya di ruang tunggu.
“Tentu saja saya akan mengeluarkan mereka, tapi saya sendiri akan tetap tinggal di Jalur Gaza. Saya tidak akan pergi,” ujarnya, seperti dilansir dari MEMO, Selasa (7/11/2023).
Abu Namous, seorang ahli bedah ortopedi, mengatakan memindahkan keluarganya dari kamp Jabalya di Gaza utara ketika serangan Israel mulai menyerang Al-Zahra dan kemudian Kamp Al-Nuseirat di Gaza tengah – namun menemukan tempat yang aman bagi mereka terbukti sulit dilakukan.
Israel telah menghujani bom di Gaza selama berminggu-minggu sebagai pembalasan terhadap kelompok Palestina, serangan mematikan Hamas pada 7 Oktober, ketika Israel mengatakan para pejuang membunuh 1.400 orang dan menyandera lebih dari 200 orang.
Para pejabat kesehatan di Gaza memperkirakan serangan Israel telah menewaskan lebih dari 10.000 orang, dengan sekitar 40 persen di antaranya adalah anak-anak.
Selain itu, Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, memperingatkan bahwa Gaza menjadi “kuburan bagi anak-anak”.
Putri Abu Namous, Dina, mengatakan dia merasa senang sekaligus sedih karena kemungkinan akan pergi.
“Kami akan pergi ke sana, yang ada listrik, air, internet dan semuanya,” ungkapnya.
“Tetapi pada saat yang sama, saya sedih karena ayah akan tetap di sini.”(res)