JAKARTA, (IslamToday ID) – Bukan tanpa alasan, Presiden Jokowi memilih Nadiem Makarim untuk menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud). Jokowi pun membeberkan alasan dirinya memilih mantan CEO Gojek tersebut.
Menurut Jokowi, Indonesia kini memiliki 17.000 pulau yang di dalamnya terdapat sekolah dari tingkat Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), hingga Sekolah Menengah Atas (SMA).
Jika dirinci lagi, Jokowi menyebut ada sekitar 300.000 lebih sekolah dengan kurang lebih 50 juta lebih pelajar yang ada di dalamnya. Berangkat dari fakta itu, Jokowi menilai perlu pengelolaan dengan sistem yang terintegrasi menggunakan teknologi.
“Bayangkan mengelola sekolah, mengelola pelajar, manajemen guru yang sebanyak itu dan dituntut oleh sebuah standar yang sama. Nah, kita diberi peluang setelah ada yang namanya teknologi, yang namanya aplikasi sistem yang bisa mempermudah dan bisa membuat lompatan,” kata Jokowi.
Lompatan
tersebut, lanjut Jokowi, akan membuat sesuatu yang sebelumnya belum bisa
terlaksana menjadi terealisasi. Jokowi percaya Nadiem bisa melakukan lompatan
tersebut menggunakan teknologi dan berharap bisa berdampak baik pada kualitas
sumber daya manusia (SDM).
“Beliau sudah bercerita pada saya apa yang akan dikerjakan.
Sehingga kita harapkan lompatan kualitas SDM kita nanti betul-betul bisa
terjadi. Ada peluang besar, ada terobosan untuk melakukan itu,” kata Jokowi.
Sementara itu, Ketum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir meminta
semua kalangan praktisi dunia pendidikan memberi kesempatan kepada Nadiem untuk
menjalankan tugasnya sebagai Mendikbud yang baru. Namun ia juga berpesan khusus
kepada Nadiem agar terus belajar.
“Kita harus memberi kepercayaan juga kesempatan kepada para
menteri termasuk yang muda-muda, termasuk Mendikbud,” kata Haedar.
“Nanti kalau ada kekurangan, itu harus kita koreksi. Para
menteri, termasuk Mendikbud, harus terbuka pada koreksi,” imbuhnya.
Haedar juga meminta semua pihak menghormati pilihan yang menunjuk Mendikbud bukan dari kalangan akademisi. Hak prerogatif presiden, katanya, memungkinkan untuk menunjuk pembantu dari berbagai latar belakang. “Tentu Pak Nadiem harus membuka diri untuk belajar tentang pendidikan. Semua menteri yang bukan bidangnya harus belajar untuk rendah hati,” pesannya.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, kehadiran sosok milenial bisa menjadi warna baru dalam pemerintahan ke depan. Karena, kaum milenial itu selalu berorientasi terhadap hasil dan ini diharapkan bisa berdampak positif terhadap kemajuan negara.
“Kabinet punya semangat optimisme tinggi. Milenial-milenial masuk menteri. Gaya milenial biasanya berorientasi pada hasil, ini ditunggu presiden. Caranya terserah,” katanya.
Ia juga berharap muncul berbagai inovasi, kreativitas baru yang bisa berdampak terhadap kemajuan. Tapi tentu inovasi yang dihasilkan tidak melanggar aturan yang ada di Indonesia.
“Harapannya ada inovasi baru, kreativitas baru. Hasil terkejar tidak langgar aturan,” ucapnya.
Khusus kepada Nadiem, Emil berharap ada terobosan baru di bidang pendidikan. Terutama menghubungkan antara pendidikan dengan dunia kerja. “Sama dengan arahan Pak Jokowi kalau bisa ada link and match ke industri,” katanya.
Tapi ia mengingatkan Kemendikbud jangan selalu berpikir untuk mencetak sumber daya manusia yang siap kerja semata. Karena pendidikan bukan hanya mencetak para pekerja. “Saya ingatkan satu hal bahwa pendidikan bukan hanya urusan mencari pekerjaan. Pendidikan menaikkan peradaban kita terhadap tantangan masa depan. Dua itu harus berimbang,” ujarnya. (wip)
Sumber: CNN Indonesia, Detik