JAKARTA, (IslamToday ID) – Ketua Umum Megawati Soekarnoputri dalam pidato politik di DPP PDIP, Jakarta, menyebut 2024 memerlukan regenerasi yang akan diisi oleh kalangan milenial. Ia pun menyinggung soal adanya dinasti politik.
Secara tegas, Megawati mengaku kesal mendengar adanya upaya regenerasi dilanjutkan oleh keluarga pejabat yang masih memegang jabatan.
“2024 Akan terjadi regenerasi. Benar, kita ini sudah fading away. Yang mesti maju itu, yang didorong itu, anak-anak muda. Tapi berhentilah, kalau kalian punya anak, anaknya itu nggak bisa, jangan dipaksa-paksa. Jengkel lho saya. Lha iya lho, ngapain sih kayak enggak ada orang? Kader itu ya anak kalian juga lho. Gimana yo?” kata Megawati, Rabu (19/2/2020).
“Ya, kalau enggak anakne (anaknya), kalau ndak istrine (istrinya), kalau nggak ponakane (keponakannya),” sambung Mega.
Ia berharap proses regenerasi tersebut tidak dijadikan sebagai momentum untuk membangun dinasti politik dengan memaksakan calon yang diusung dari keluarga hingga kerabat dari petinggi PDIP.
Soal putrinya, Puan Maharani, yang bisa menjabat sebagai Ketua DPR, Megawati mengaku itu karena usaha dan kerja keras putrinya sendiri. Ia menegaskan tidak pernah memaksa Puan untuk menjadi sesuatu yang dia inginkan.
“Ada orang yang ngomong, Mbak Puan jadi Ketua DPR itu saya yang angkat-angkat. Mana mungkin? Memang suaranya (yang dia dapat) gede. Enggak ada yang bisa nahan. Begitu,” ujar Megawati.
Untuk 2024, Megawati memastikan partai banteng hanya akan mencalonkan para milenial. Sementara untuk Pilkada 2020, ia mengatakan itu adalah kesempatan terakhir bagi pejabat yang menunjukkan kerabatnya.
“Ini terakhir saya beri kesempatan seperti ini. Tapi 2024, saya berkehendak, semuanya itu anak-anak muda yang maju. Sudah, cukuplah. Jangan pula mencari-cari tempat,” ujarnya.
Terkait arahannya untuk calon kepala daerah, Megawati melarang jalan sendiri-sendiri, termasuk mengenai visi misi untuk wilayahnya. “Saya telah memutuskan, visi misi mereka yang datang dari PDIP, diberikan arahan yang namanya partai,” kata Megawati.
Ia beralasan, visi misi yang dibuatkan dan dibicarakan bersama akan lebih sesuai dengan kondisi wilayah serta ideologi negara. Sebab berdasarkan pengalamannya, ada seorang calon kepala daerah yang mengusung visi membangun wilayah dengan memaksimalkan potensi tambang emas, melainkan tak memahami cara melakukannya.
“Maka itu, kita (partai) buatkan visi misi. Bukan hanya menjiplak saja. Kita akan panggil dan sampaikan draf garis besarnya,” jelas Megawati.
Bahkan praktik ini diakui bukan kali pertama dilakukan PDIP. Melainkan sudah pernah diterapkan di wilayah mayoritas pendukung PDIP, seperti di Bali. “Hal ini saya lakukan di Bali. Pemangkunya Mas Prananda. Kami bikin pilot project di Bali. Tadinya ribut, saya minta jadi satu dan berunding, dan diminta kasih lihat ke pekerjaan umum dan perumahan rakyat. Akhirnya bisa dibuat shortcut atau penghubung yang memendekkan jalan dan biaya jadi lebih rendah,” beber Megawati.
Presiden ke-5 RI ini pun kemudian melemparkan pertanyaan kepada para calon kepala daerah mengenai imbauannya tersebut. “Kalian menerima apa tidak?” tanya Megawati yang langsung diiyakan oleh 49 calon kepala daerah. (wip)
Sumber: Rmol.id, Detik.com