JAKARTA, (IslamToday ID) – Wabah virus corona di Indonesia terus meluas. Terakhir jumlah pasien yang dinyatakan positif corona mencapai 69 orang. Bahkan, corona sudah sampai di Solo, kota asal Presiden Jokowi, dengan dua orang dinyatakan positif.
Anehnya, meski sudah meluas Jokowi belum menetapkan Indonesia mengalami kejadian luar biasa (KLB). Padahal, WHO sudah menyurati Jokowi pada Selasa (10/3/2020) agar segera menetapkan darurat nasional corona.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam suratnya mengatakan WHO telah bekerja maksimal untuk menganalisis dan menyebarluaskan informasi tentang corona. Untuk mengalahkan virus ini, setiap negara perlu mengambil langkah-langkah kuat yang dirancang untuk memperlambat penularan dan mencegah penyebaran.
“Sayangnya, kami telah melihat kasus yang tidak terdeteksi atau tidak terdeteksi pada tahap awal wabah yang mengakibatkan peningkatan signifikan dalam kasus dan kematian di beberapa negara. Untuk tujuan ini, WHO terus mendesak negara-negara fokus pada deteksi kasus dan kapasitas pengujian laboratorium. Terutama di negara-negara dengan populasi besar dan berbagai kapasitas sistem kesehatan di seluruh negara,” kata Tedros.
WHO juga memberikan lima poin tindakan yang harus segera dilakukan pemerintah Indonesia untuk mencegah corona terus menyebar. Pertama, meningkatkan mekanisme tanggap darurat, termasuk deklarasi darurat nasional. Kedua, mendidik dan berkomunikasi aktif dengan publik terkait risiko yang tepat dan keterlibatan masyarakat.
Ketiga, mengintensifkan penemuan kasus, pelacakan kontak, pemantauan, karantina kontak, dan isolasi kasus. Keempat, memperluas pengawasan corona menggunakan sistem pengawasan penyakit pernapasan yang ada dan pengawasan berbasis rumah sakit.
Terakhir, uji kasus yang dicurigai per definisi kasus WHO, kontak kasus yang dikonfirmasi yakni menguji pasien yang diidentifikasi melalui pengawasan penyakit pernapasan.
Sementara, Jokowi sendiri mengaku pemerintah sudah bekerja keras menangani wabah corona secara senyap agar tidak menimbulkan kepanikan. Bahkan, ia menyebut penanganan corona melibatkan intelijen.
“Langkah-langkah serius telah kita ambil. Di saat yang bersamaan kita tidak ingin menciptakan rasa panik, tidak ingin menciptakan keresahan di tengah masyarakat,” katanya, Jumat (13/3/2020).
“Oleh sebab itu dalam penanganan kita tidak bersuara, harus tetap tenang, dan berupaya keras menghadapi ini,” tambahnya.
Jokowi mencontohkan saat penanganan pasien nomor 01 dan 02. Pihaknya kemudian meminta keterangan keduanya dan menelusuri orang-orang yang berkontak dengan mereka untuk melihat kemungkinan sebaran wabah.
“Dalam dua hari saya sudah mendapatkan 80 nama, yang berada di klaster ini. Dalam dua hari dari tim reaksi cepat dari Kemenkes, dibantu intelijen BIN dan Polri,” klaimnya.
“Setiap ada klaster baru tim reaksi cepat langsung memagari,” ucapnya.
Terkait dengan surat dari WHO, Jokowi sudah menjawab dengan menelepon Ghebreyesus. Juru Bicara Presiden Jokowi, Fadjroel Rachman mengaku pada prinsipnya surat menyurat biasa antar lembaga-lembaga internasional.
“Presiden Jokowi menelepon Dirjen WHO kemarin sore Jumat, 13 Maret 2020. Setelah menerima surat itu,” katanya.
“Sebagian besar rekomendasi dalam surat tersebut sudah dijalankan oleh pemerintah Indonesia selama wabah corona ini. Pemerintah sudah meningkatkan penanganan dengan menerbitkan Keppres Nomor 7 Tahun 2020 tentang Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona untuk menajamkan kemampuan koordinasi pemerintah,” jelas Fadjroel.
“Di sisi lain juga sudah ada sebelumnya Surat Edaran Menkes No HK.02.01/Menkes/199/2020 tentang komunikasi penanganan corona yang berisi lima protokol, serta panduan koordinasi pemerintah pusat dan daerah,” lanjutnya.
#LockDownIndonesia
Di media sosial, netizen ramai-ramai menggaungkan #LockDownIndonesia karena penyebaran corona malah semakin meluas. Lockdown adalah sebuah situasi di mana kawasan atau negara melarang warga dan orang asing untuk keluar masuk. Artinya Indonesia mengisolasi diri dari pendatang asing dan melarang warga meninggalkan kawasannya.
Jokowi mengaku belum berpikir untuk melakukan lockdown. Namun ia tidak menjelaskan alasan belum mau mengambil kebijakan tersebut. “Belum berpikir ke arah sana,” ujar Jokowi, Jumat (13/3/2020).
Beda dengan Jokowi, Walikota Solo FX Hadi Rudyatmo langsung menetapkan KLB setelah mengetahui dua warganya positif corona. “Kita tetapkan Solo KLB virus corona,” kata Rudy usai rakor dengan jajaran Muspida, Jumat (13/3/2020).
Dengan status tersebut, ia mengambil sejumlah kebijakan. Antara lain menutup semua tempat rekreasi dan meliburkan sekolah-sekolah hingga 14 hari ke depan.
“Sekolahan SD, SMP kita liburkan, belajar di rumah. SMA-SMK masih ujian, maka tidak kita liburkan, namun kita terapkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat),” ujarnya.
“Wayang Orang Sriwedari Senin libur. Ketoprak besok libur. Museum Keris, Jurug dan sebagainya libur selama minimal 14 hari, supaya tidak menghadirkan orang banyak,” tambah Rudy.
Selain itu, apel dan upacara di kantor pemerintahan juga ditiadakan. Seluruh kegiatan dalam waktu 14 hari ke depan yang menghadirkan massa banyak akan ditiadakan. (wip)
Sumber: Detik.com, CNBCIndonesia.com, Antaranews.com, CNNIndonesia.com