IslamToday ID –Selalu ada hikmah dibalik musibah. Namun terkadang kita kurang mencermatinya. Ternyta, dibalik musibah pandemi covid-19, tingkat polusi udara di seluruh dunia turun drastis.
Dikutip dari The Guardian (23/3/2020), Satelit European Space Agency (ESA) selama enam minggu terakhir melihat tingkat nitrogen dioksida (NO2) di kota-kota dan kelompok industri di Asia dan Eropa jauh lebih rendah dibanding tahun lalu.
Nitrogen dioksida dihasilkan dari mesin mobil, pembangkit listrik dan proses industri lainnya mendorong pemanasan global. Selain itu dari sisi kesehatan juga dapat memperburuk penyakit pernapasan, seperti asma.
Paul Monks, profesor di Universitas Leicester yang menekuni bisang polusi udara, ada pelajaran penting dari pendemi covid-19 ini. Yakni kemungkinan manusia beralih ke ekonomi rendah karbon?
“Bukan untuk merendahkan nyawa (korban covid-19), tetapi ini mungkin memberi kita harapan dari sesuatu yang mengerikan. Untuk melihat apa yang bisa dicapai,” ujarnya
Tingkat polusi udara yang tinggi menurunkan imunitas manusia memperburuk dan penanganan virus. WHO sedang menyelidiki apakah partikel polusi udara mungkin merupakan vektor yang menyebarkan Covid-19 dan membuatnya lebih ganas.
Oleh karena itu pengurangan polusi udara patut disyukuri. Sebab dapat membawa beberapa manfaat kesehatan, meskipun tidak mengimbangi nyawa yang telah hilang akibat covid-19.
Penurunan terbesar tingkat polusi dapat dilihat di kota Wuhan, di Cina. Kota ini sudah dikarantina ketat sejak akhir Januari. Sebelumnya, kota berpenduduk 11 juta ini berfungsi sebagai pusat transportasi utama.
Selian itu menjadi ‘rumah’ bagi ratusan pabrik yang memasok suku cadang mobil dan perangkat keras lainnya ke rantai pasokan global. Menurut NASA, kadar nitrogen dioksida di seluruh China timur dan tengah lebih rendah 10-30% dari normal.
Penurunan tingkat nitrogen dioksida juga tampak di Italia. Sebelumnya, asap dari sekelompok pabrik yang padat cenderung terperangkap di pegunungan Alpen di ujung Lembah Po, menjadi salah satu titik panas polusi di Eropa barat.
TaPI sejak lockdown diterapkan pada 9 Maret, level polusi nitrogen dioksida di Milan dan Italia utara telah turun sekitar 40%. Perlambatan aktivitas di pusat industri Italia dan lalu lintas dinilai menjadi faktor yang menurunkan tingkat polusi.
Di Inggris tingkat polusi yang berkurang secara signifikan di hotspot seperti Marylebone di London. Sebelumnya, lalu lintas menyumbang sekitar 80% emisi nitrogen oksida di Inggris,
Paul Monks menilai, ada potensi besar di balik musibah pandemic ini. Musibah ini sekaligus menjadi batu loncatan untuk mengubah praktik kerja dan gaya hidup manusia di masa depan. Ada sebuah relasi, ternmyata dalam keadaan terpaksa manusia dapat keluar dari praktek kerja dan gaya hidup yang selama ini membelenggunya.
“Apa yang saya pikir akan keluar dari ini adalah realisasi – karena kami terpaksa – bahwa ada potensi besar untuk mengubah praktik kerja dan gaya hidup. Ini menantang kita di masa depan untuk berpikir, apakah kita benar-benar perlu mengendarai mobil kita di sana atau membakar bahan bakar untuk itu,” pungkas mantan Ketua Komite Penasihat Ilmu Pengetahuan Pemerintah Inggris tentang Kualitas Udara itu.
Penulis :Arief Setiyanto