IslamToday ID — Harga minyak dunia semakin terpuruk. Senin (20/4), harga minyak dunia mencapai USD 15,28 per barel untuk acuan West Texas Intermediate (WTI). Harga BBM di seluruh dunia sudah turun lebih dari 50 persen.
Sebagai perbandingan, seperti dilansir imoney.my, harga BBM RON 95 atau yang setara Pertamax Plus, pekan ini dipatok di harga 1,25 ringgit atau Rp 4.420 per liter.
BBM RON 97 di Malaysia, dijual 1,55 ringgit atau sekitar Rp 5.473 per liter. Harga itu jauh lebih murah dengan BBM Pertamax Turbo dengan RON 98 di Indonesia, yang harganya Rp 9.850 per liter.
Arahan Presiden
Kendati demikian, harga BBM di Indonesia sama sekali tidak beranjak. Padahal harga minyak dunia merupakan salah satu elemen utama penentuan harga BBM.
Sebulan yang lalu, Presiden Jokowi melempar arahan kepada menteri dikabinetnya untuk menurunkan harga BBM. Saat itu, , harga minyak mentah mulai turun di kisaran USD 30 per barel.
“Karena itu saya minta kalkulasi dihitung dampak dari penurunan ini pada perekonomian kita terutama BBM, baik BBM subsidi dan nonsubsidi,” kata Jokowi dalam rapat kabinet terbatas secara online, Rabu (18/3/2020).
Sayangnya, hingga saat ini arahan tersebut tidak tereralisasi. Padahal harga minyak dunia sudah anjlok dilevel terendah. Pertamina justru menjawab tuntutan dengen memberikan soslusi parsial. Yakni mengeluarkan program diskon potongan harga bagi driver ojek online. Padahal ojek online bukan satu satunya yang terdampak corona virus (covid-19).
Mafia Migas
Mantan staf khusus Menteri ESDM, Muhamm,ad Said Didu menduga ada peran mafia migas dibalik harga BBM yang enggan turun. Pertanggal 20 Februari, harga minyak dunia tidak menjadi elemen utama penentuan harga.
Pada tanggal 20 Februari 2020 lalu, terbit keluarnya Keputusan Menteri ESDM No 62K/MEM/2020, intinya bahwa harga BBM di Indonesia didasarkan pada harga rata-rata produk kilang minyak di Singapura (MOPS – Mean Oil Platts Singapore). Harga tersebut hanya dapat ditinjau setiap 2 bulan, yaitu setiap tanggal 24 pada bulan genap.
Akibatnya, harga BBM di Indonesia tidak lagi terkait langsung dengan penurunan harga minyak mentah dunia, melainkan tergantung pada harga minyak hasil kilang Singapura.
“Permen tersebut agak aneh karena diterbitkan saat harga minyak mentah dunia mulai turun, peninjauan harga BBM hanya bisa dilakukan setiap 2 bulan dan menggunakan standar harga produk kilang Singapura (MOPS) – bukan harga dasar,” ujar Said Didu
Said Didu mengungkapkan, sebenarnya penggunaan standar harga MOPS sdh tidak dipakai lagi sejak pembubaran Petral tahun 2015. Maka sejak tahun 2015 harga BBM didasarkan pada harga dasar yang dihitung berdasarkan harga minyak mentah ditambah biaya pengolahan, ditambah biaya lainnya dan juga margin.
“Penggunaan standar harga MOPS ditengarai sebagai cara mafia minyak mengeruk keuntungan dari penjualan BBM ke Indonesia,” ujarnya
Said didu menduga, dengan kembali menggunakan standar harga singapura (MOPS), berarti akan terjadi kongkalikong pengaturan harga antara pemilik kilang di Singapura dengan mafia migas. Maka, berapapun harga yang Pertamina akan tetap membelinya.
“Ini terbukti bahwa walaupun harga BBM diseluruh dunia sudah turun sangat drastis tapi harga BBM di Indonesia tidak mengalami penurunan,” ujarnya
Selain itu, ketentuan bahwa harga BBM baru bisa disesuaikan setiap 2 bulan, maka sejak 24 Februari 2020 kuat dugaan pertamina bersama pemilik minyak dari kilang Singapura dan mafia minyak sudah menikmati keuntungan sangat besar di tengah pandemi corona.
“Agar menjadi fair maka sebaiknya penentuan harga BBM di Indonesia kembali menggunakan harga dasar yang mengikuti harga minyak mentah dunia dan diubah jika terjadi kenaikan atau penurunan minyak dunia sebesar 10 persen,”pungkasnya
Penulis: Arief Setiyanto