IslamToday ID –Presiden Jokowi menyampaikan pengakuan mengejutkan. Pandemi corona virus (covid-19) yang melanda Indonesia, membuatnya mengakui kalau Indonesia tertinggal jauh dari negeri-negeri lain di berbagai sektor, termasuk kesehatan.
“Kita kalah dengan negara-negara lain. Pandemi Covid-19 ini menyadarkan kita betapa pentingnya health security, ujarnya saat membuka acara Musyawaran Perencanaan Pembangunan Nasional atau Musrenbangnas 2020 via telekonferensi dari Istana Merdeka, Jakarta pada Kamis, (20/4/ 2020)
Menurutnya, pandemi Covid-19 harus menjadi momentum koreksi pemerintah, terkait kekurangan dan permasalahan di berbagai sektor. Yakni di sektor kesehatan, ketahanan ekonomi, sosial, dan juga pangan. Ia mengungkapkan, selama ini, kebutuhan Indonesia di berbagai sektor sangat bergantung kepada negara lain.
“Sebagai contoh, di sektor kesehatan, industri farmasi, bahan baku obat kita 95 persen masih impor,” ujar presiden yang bersemangat mendongkrak investasi asing itu
Mantan Gubernur DKI Jakarta yang tidak menyelesaikan masa jabatannya itu juga mengungkapkan, alat-alat kesehatan produk dalam negeri sangat terbatas. Selama ini lebih banyak bergantung pada impor. Kurangnya tenaga medis dan fasilitas kesehatan juga menjadi sorotan Jokowi.
“Alkes kita, ada tidak? apa yang bisa kita produksi sendiri dan apa yang kita beli dari negara lain? Sekarang kelihatan semua,” ujar Jokowi.
“Bagaimana dengan tenaga medis, rasio dokter spesialis, perawat, apa cukup menghadapi kondisi ini?” imbuhnya
Mengapa Baru Sekarang?
Hingga Kamis 30 April 2020, sudah 10.118 orang positif covid-19 di Indonesia, 792 orang meninggal. Sebanyak 21.827 dinyatakan PDP (Pasien dalam Pengawasan).
Tidak hanya itu, misi penganganan covid-19 ini telah merenggut nyawa para tenaga medis. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mengonfirmasi, tidak kurang dari 24 dokter meninggal akibat virus corona.
Sementara itu, Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DPP PPNI) Harif Fadillah mengonfirmasi sekurangnya 16 perawat meninggal dunia terkait virus itu.
Di sisi lain, akhir 31 Maret 2020 lalu Pemerintah mengeluarkan Perppu No. 1/2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan/atau dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan. Melalui Perppu ini pemerintah mengglontorkan stimulus yang nilainya mencapai Rp 405,1 triliun.
Lantas bagaimana keberpihakan pemerintah pada kesehatan dalam perpu yang judulnya sangat panjang ini? Apakan apakah kesehatan menjadi prioritas ‘utama’ ditengah mengganasnya covid-19?
Ada beberapa hal yang menjadi prioritas dalam paket stimulus yang diatur dengan perppu No. 1/2020 itu. Dilansir dari kompas.com, sektor ekonomi mendapat dua stimulus, pertama Sebanyak Rp 150 triliun untuk pembiayaan program pemulihan ekonomi nasional, termasuk restrukturisasi kredit, penjaminan dan pembiayaan dunia usaha khususnya UMKM. Kedua, Rp 70,1 triliun untuk insentif perpajakan dan stimulus kredit usaha rakyat.
Kemudian, Rp 110 trilliun, dialokasikan untuk perlindungan sosial yang mencakup anggaran Kartu Prakerja, cadangan logistik sembako, dan subsidi listrik bagi pelanggan dengan 450 VA dan 900 VA. Sisanya dialokasikan, untuk belanja di sektor kesehatan sebesar Rp 75 triliun.
“Anggaran bidang kesehatan akan diprioritaskan untuk perlindungan tenaga kesehatan terutama pembelian APD, pembelian alat-alat kesehatan seperti test kit, reagen, ventilator dan lain-lain,” ujar Jokowi melalui sambungan konferensi video, Selasa (31/3/2020)
Penulis: Arief Setiyanto
Stimulus kesehatan hanya Rp 75 triliun, itu prioritas?