IslamToday ID –Bintang Emon, Juara Stan Up Comedi Academy 3 (SUCA 3) ini menjadi korban fitnah para buzzer. Ia menjadi sasaran ‘tembak’ lantaran membuat video stand up comedy yang berisi kritik atas kejanggalan sidang penyiraman air keras terhadap Penyidik KPK, Novel Baswedan.
Bintang difitnah menggunakan narkoba jenis sabu saat membuat video tersebut. Bebagai meme yang berisi tuduhan itu menyebar luas di media sosial.
Fitnah yang dilemparkan para buzzer ini langsung direspon warganet, termasuk komika Pandji Pragiwaksono dan Arie Kriting. Mereka membantah fitnah itu.
Pandji melalui akun twitternya menuliskan “Sekarang Indonesia tau Bintang Emon melakukan hal yg benar, karena fitnah oleh organisator akun ini mengungkap bahwa mereka ada di posisi yg salah,” tulis Pandji pada (14/6/2020).
Sementara Arie, menuliskan, “Bintang Emon, baik banget. Gak pernah narkoba dari dulu sampai sekarang. Kalian tanya aja semua yang kenal Bintang deh. Disodorin rokok aja dia ogah. Sering diledekin di tongkrongan, karena gak punya sejarah bandel,” tulis Arie (14/6/2020).
Selain rekan sesame komika, netizen juga ikut mengomentari viralnya fitnahan terhadap Bintang Emon. Salah satunya dilakukan oleh Ramy D Humam @ramydhia. Ia menuliskan, “Setelah bikin video kritik atas tuntutan JPU kasus Novel Baswedan, Bintang Emon difitnah. Mungkin kita pikir, “dih gak jelas bgt fitnahnya, gak rapi, gak bakal ada yg percaya lah!” tp tau gak, bahkan diisengin kayak gini tuh bisa ngaruh banget buat public figure?” pada (14/6/2020).
Ancaman Demokrasi
Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) menilai, serangan terhadap Bintang Emon tersebut dinilai mengancam demokrasi. Fitnah yang dialami Bintang merupakan bentuk upaya pembungkaman terhadap individu atau kelompok yang menggunakan haknya untuk berpendapat. Padahal hak konstitusional itu disuiarakan dalam rangka menyeimbangkan narasi yang ada.
“Meski belum diketahui dari mana asal (dalang) pengganggu, ini adalah salah satu bentuk intimidasi terhadap kebebasan sipil, untuk berekspresi,” kata Peneliti KontraS, Rivanlee Anandar (15/6/2020).
Wakil Ketua Fraksi PAN, Saleh Daulay juga menyayangkan serangan fitnah terhadap komika asal Jakarta itu. . Ia meminta pemerintah tangan dan mengatasi ulah para buzzer itu. Saleh menegaaskan siapapun tidak boleh mendapat ancaman setelah ia mengkritik pemerintah.
“Ya, kita berharap pemerintah kan punya aparat di Kominfo, kalau ada yang bentuknya mengarah kepada bully, dan juga mengarah fitnah, ancaman segala macam, saya kira boleh-boleh saja diperiksa, ditelusuri,” tuturnya (15/6/2020).
Menurut Saleh, salah satu ciri system demokrasi ialah kebebasan berpendapat. Setiap warganegara memiliki kebebasan untuk mengkritik pengambil kebijakan. Sebagai negara yang menganut demokrasi, pemerintah harus menjamin terlaksanannya hak tersebut.
“Pemerintah adalah bagian dari pengambil kebijakan atau pelaksana dari kebijakan itu sendiri, maka harus bersedia untuk dikritik, selama kritik itu bertanggung jawab, bukan dalam bentuk fitnah,” jelas Saleh.
Keprihatinan juga disampaikan oleh anggota DPR-RI, Mardani Ali Sera. Politisi PKS ini Ia meminta pemerintah segera turun tangan. Kondisi seperti ini akan semakin membahayakan jika terus dibiarkan.
“Pemerintah mempertaruhkan nama baik dan trust (kepercayaan) masyarakat jika tidak menganggap besar masalah ini,” kata Mardani (15/6/2020).
Penulis: Kukuh Subekti
Editor Arief Setiyanto