IslamToday ID – Kapitra Ampera mengatakan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) yang dimotori oleh Din Syamsuddin perlu dicermati lebih dalam. Menurutnya, bentukan DIn itu sarat kepentingan politik.
Sosok yang pernah maju sebagai Caleg PDIP pada Pileg 2019 lalu ini menilai, pemerintahan Indonesia saat ini cukup baik. Bahkan menurutnya recovery ekonomi yang ambruk akibat pandemi Covid-19 lebih baik dibandingkan negara-negara lainnya
Menurut Kapitra, KAMI memiliki tujuan dan maksud lain dibalik deklarasinya. Ia menuding tujuan lain itu, bukan mengatasi dampak buruk pandemi Covid-19, melainkan kepentingan politik.
Menurut Kapitra, aksi yang dimotori KAMI kental dengan politisasi. Kata Ampera, sebagai kelompok oposisi, tokoh-tokoh dalam KAMI terus berupaya merongrong pemerintah dengan berbagai cara.
“Kita tidak melihat substansi masalahnya, kalau kita cinta pada negeri ini, ayo kita fokus bagaimana membantu sesama manusia mengatasi Covid ini, ini musuh bersama, jangan bikin propaganda untuk menghasut rakyat agar mendiskreditkan serta menebar kebencian kepada pemerintah, ini tidak ada yang diuntungkan,” ulasnya.
Tujuan KAMI
Sementara itu, Din Syamsuddin selaku inisiator Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI), mengatakan gerakan yang dibentuknya merupakan sebuah gerakan moral. KAMI dibentuk dengan tujuan untuk meluruskan kiblat negara yang menurutnya telah keluar jalur dari cita-cita para pendiri bangsa.
“Ini adalah gerakan moral, kami ini menyatakan diri sebagai gerakan moral. Seluruh elemen dan komponen bangsa tiada lain tujuannya untuk meluruskan kiblat negara, meluruskan peran bangsa ini sesuai dengan cita-cita nasional yang ada di dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945,” ujarnya dalam konferensi pers daring, Sabtu (15/8/2020)
Lanjut Din, sebagai gerakan moral maka KAMI memang memiliki dimensi politik. Manun Din menegaskan, dimensi politik KAMI tidak mengarah dalam politik praktis. Setidaknya, terdapat 150 tokoh yang telah sepakat dan ikut serta dalam deklarasi ini, mulai dari Rachmawati Soekarnoputri, eks Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli, hingga mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo.
“Gerakan kami juga berdimensi politik, tetapi bukan politik praktis. Ini dijamin untuk berserikat dan melakukan sosial control, bahwa nanti pendukung kami, jejaringnya melakukan aksi-aksi tu bagian dari gerakan moral,” tuturnya. (AS)