IslamToday ID – Pandemi covid-19 di Indonesia kian mengkhawatirkan. Jumlah pasien positif covid-19 mendekati angka 200 ribu kasus.
Per 6 September 2020, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat Covid-19 telah menginfeksi 194.109 orang. Dalam 24 jam terakhir terjadi penambahan 3.444 kasus baru. Data ini merupakan jumlah terbanyak kedua setelah penambahan kasus rekor tertinggi pada 3 September lalu dengan jumlah 3.622 kasus.
Kemenkes juga mencatat inveksi covid-19 telah menyebabkan 8.025 orang meninggal dunia. Selain itu jumlah suspek juga terbilang tinggi yakni sebanyak 89.701 orang
Dikutip dari CNBC Indonesia, Epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman menilai pandemi covid-19 di Indonesia cukup mengkhawatirkan. Hal itu dapat dilihat dari tingginya kasus penularan dengan jumlah tes yang minim, dengan positif rate di atas 10%.
Menurutnya, perlu ada evaluasi dan strategi baru dengan meningkatkan kapasitas testing dan tracing. Ia berpendapat, jika hal ini tidak dilakukan maka bisa berpotensi terjadi ledakan kasus covid-19. Akibatnya fasilitas kesehatan di Indonesia akan kolaps. Selain itu, resiko kematian akibat covid-19 juga semakin tinggi.
“Covid belum mencapai puncak dan ini belum yang terburuk. Kita harus mengevaluasi setelah enam bulan ini apa yang sudah kita capai dan apa yang menjadi kendala harus segera diperbaiki. Bila ini tidak segera dilakukan ini akan menjadi hal yang semakin serius untuk Indonesia,” kata Dicky Budiman, Jumat (4/9/2020)
Ia menilai, disetiap daerah pelaksanaan tracing belum dilakukan secara optimal. Menurutnya, baru tiga daerah yang yang mendekati standar global. Yakni DKI Jakarta, Yogyakarta dan Sumatera Barat.
“Artinya selama 6 bulan banyak daerah yang abai, yang kurang serius dalam upaya testing yang sebetulnya yang paling utama,” imbuhnya
Di sisi lain, ia melihat manajemen pengendalian pandemi harus dievaluasi. Ia menilai dalam sejarah Indonesia untuk pertama kalinya Kementerian Kesehatan tidak tidak ditempatkan dalam posisi leading sector. Menurut Dicky, jika sejak awal pemerintah menjadikan Kemenkes sebagai leading sector, Indonesia berpeluang mengendalikan pandemi, sebab Kemenkes memiliki sistem yang telah baku.
“Dia punya sistem yang sudah baku, dengan adanya Satgas dan Komite, ini waktunya untuk dievaluasi,” tuturnya
Jumlah Kematian Lebih Tinggi
Sementara itu, Koalisi Warga Untuk Lapor Covid-19 menyampaikan kabar mengejutkan. Menurut mereka, angka kematian akibat virus corona mencapai 2,5 hingga 4,2 kali lipat dari yang dilaporkan pemerintah.
Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh tim relawan Lapor Covid-19 sejak Mei, angka kematian akibat virus corona melebihi yang dilaporkan pemerintah. Data itu didapat dari relawan di 514 kabupaten/kota.
“Jumlah kematian terkait Covid-19 dari minggu ke minggu, selalu jauh lebih banyak dari laporan resmi pemerintah pusat. Sekitar 2,5-4,2 kali lipat dari yang terkonfirmasi positif melalui tes molekuler PCR.” ungkap Lapor Covid-19, Sabtu (5/9/2020) seperti dikutip dari katadata.co.id
Lapor Covid-19 juga menyatakan, bahwa data kematian yang dilaporkan oleh pemerintah Indonesia belum mengacu pada pedoman WHO. Yakni data kematian terduga dan terkonfirmasi Covid-19. Selain tu, pemerintah dinilai belum transparan dalam membuka data statistik pandemi covid-19. Salah satunya jumlah tes berbasis PCR di setiap kabupaten/kota.
Selain itu, pemerintah tidak lagi mengumumkan data ODP dan PDP. Pada Juli, Kemenkes juga mengganti istilah-istilah tersebut. ODP misalnya, diubah menjadi kontak erat. Sedangkan PDP menjadi kasus suspect, lalu orang tanpa gejala atau OTG diubah menjadi kasus konfirmasi tanpa gejala (asimtomatik).
Padahal ODP tidak mengalami kontak erat dengan pengidap Covid-19. Seseorang berstatus ODP dapat dipulangkan dan mengarantina diri sendiri selama 14 hari di rumah. Sementara itu PDP mengalami gejala, seperti demam, batuk, sesak napas hingga sakit tenggorokan. Selain itu, PDP telah melakukan kontak erat dengan pengidap Covid-19. (AS)