(IslamToday ID) – Pendiri Media Kernels Indonesia atau Drone Emprit, Ismail Fahmi angkat bicara terkait dengan kehebohan “Aisha Weddings” di media sosial. Menurutnya, kehebohan soal wedding organizer (WO) itu tidak perlu dilanjutkan karena memang tidak jelas siapa yang membuat.
Fahmi menyatakan tujuan dari WO tersebut sepertinya juga tidak sungguh-sungguh sebagai iklan wedding profesional. Ia mengatakan di situs aishaweddings.com, konten baru diupdate pada tanggal 9 Februari 2021. Isinya pun tidak lengkap dan provokatif.
“Baru beberapa halaman yang terisi, seperti keyakinan tentang poligami untuk kaum muda. Sedangkan bagian layanan, Covid-19, kontak belum diisi. Sepertinya web ini baru dibuat, tapi keburu ketahuan,” kata Fahmi seperti dikutip dari laman Facebook pribadinya, Kamis (11/2/2021).
“Provokatifnya itu ini, ‘Manfaat poligami yang bisa dinikmati umat Islam.’ Duh, umat Islam yang beneran mau poligami juga ndak akan menulis seperti itu. Sepertinya terburu-buru bikin konten dan launchingnya,” lanjutnya.
Fahmi membeberkan bahwa Aisha Weddings menjadi trending di Twitter setelah isunya beredar di Facebook. Di Twitter postingan awal yang tercatat DE dari @SwetaKartika pada 9 Februari pukul 10.27.
“Kalau melihat komentar-komentar yang paling populer di Twitter, sebagian curiga ini bisnis betulan. Tapi banyak yang isinya percaya bahwa Aisha Weddings ini betul-betul ada, sehingga menuding ada penggunaan agama untuk trafficking, bisnis esek-esek, agenda pedofilia, dan poligami,” ungkap Fahmi.
Dari sisi membuat heboh, Fahmi menyatakan Aisha Weddings cukup berhasil karena beritanya diangkat oleh banyak media mainstream, bahkan TV, meski isinya adalah pelaporan KPAI.
“Dari Muhammadiyah, MUI, Rumah Kitab, KPAI, aktivis, netizen, semua merespons. Intinya berupa pernyataan bahwa iklan Aisha Weddings ini melanggar UU dan harus ditindak polisi,” ungkapnya.
Drone Emprit pun menyimpulkan bahwa Aisha Weddings adalah WO resmi namun tidak jelas keberadaannya baik secara online maupun offline. Kedua, situs onlinenya juga baru diisi kontennya pada 9 Februari (berusia 1 hari), dan sebelumnya terakhir diupdate 2018, itu pun redirect ke situs lain.
Ketiga, disinformasi yang meresahkan ini serius dibuat, dilihat dari spanduk (offline) yang disebar di beberapa titik. Keempat, banyak pihak sudah menyatakan keberatan atas iklan nikah muda, poligami, penyimpangan pemahaman agama dan UU yang dibuat oleh akun tidak jelas ini.
Kelima, jika tujuannya untuk membangun keresahan, misi ini cukup berhasil, karena narasinya berhasil menarik komentar dari berbagai organisasi besar, dan juga diliput media mainstream dan TV. [wip]