ISLAMTODAY ID — Langkah Walikota Banda Aceh yang hendak melanjutkan pembangunan kembali proyek Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Gampong Pande, Kecamatan Kutaraja, Kota Banda Aceh dinilai akan menghilangkan kemuliaan bangsa Aceh.
Padahal, lokasi tersebut merupakan titik nol Kota Banda Aceh, tempat para ulama dan bangsawan Kesultanan Aceh Darussalam dimakamkan.
Menurut, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Kota Banda Aceh, Tuanku Muhammad, S.Pd.I. M.Ag, pembangunan IPAL di Kota Banda Aceh memiliki manfaat besar bagi masyarakat secara umum terutama terkait sanitasi, namun penempatan lokasi pembangunan IPAL saat ini akan memberikan berbagai dampak buruk untuk bangsa Aceh terutama menghilangkan kemuliaan para pendahulunya dan sejarah besar bangsa Aceh.
“Lokasi pembangunannya tidak tepat sebab berada di bekas berdirinya Kerajaan Aceh yang memang area itu makam para raja, ulama, hingga bangsawan. Bayangkan kotoran manusia akan kita timbun di atas makam para Indatu dan para ulama kita, tentunya sangat memalukan. Apa kata dunia terutama jika dilihat bangsa Melayu lainnya seperti Malaysia dan Brunei Darussalam,” ujar Tuanku Muhammad, dilansir dari Portalsatu.
Tuanku Muhammad mengungkapkan bahwa pihaknya khawatir pembangunan IPAL itu bisa menghilang lanskap peninggalan sejarah di kawasan Gampong Pande dan Gampong Jawa, serta akan menghilangkan bukti-bukti permukiman awal dari zaman Kerajaan Aceh Darussalam, yang akhirnya akan menyebabkan kerusakan dan kehilangan peninggalan sejarah, sesuatu yang tidak akan pernah dapat digantikan untuk selamanya.
“Jadi harus kita ketahui bahwa bagi orang Aceh kawasan kuburan itu adalah kawasan yang paling mulia artinya kawasan central (penting). Kalau kita mengejar proyek pembangunan IPAL itu harus selesai, itu sudah tentu salah, karena telah mencoreng kemuliaan dan kesuciannya orang Aceh. Jadi kita jangan memikirkan proyek untuk menyelesaikan masalah sesaat, tetapi harus kita ingat membangun IPAL disitu sama saja kita menghilangkan sejarah dan peradaban Aceh,” tukasnya.
Ia menambahkan, jika tidak sanggup menciptakan Aceh semakin hebat seperti dulu, jangan sampai meruntuhkan dan menghilangkan bukti sejarah Aceh.
“Yang harus kita tau sekarang, warisan dari masa kejayaan Kerajaan Aceh Darussalam yang masih terjaga dan bisa dengan mudah dijumpai di Aceh itu ada dua yang pertama itu batu nisan, dan kedua yaitu sistem pendidikan dayah. Seharusnya kita selaku bangsa Aceh ini kita harus menjaganya bukan merusaknya dengan pembangunan IPAL,” pungkasnya.
Bahkan Tuanku Muhammad memberikan contoh, Belanda saja yang jauh dari Aceh sangat menjaga kuburan bangsanya seperti di komplek pemakaman Kerkhoff Peutcut di belakang museum tsunami. Tapi Pemko Banda Aceh malah ingin menghancurkan dan menghina kuburan endatu sendiri dengan menjadikan komplek pembuangan sampah dan limbah.
“Saya berharap Pemko Banda Aceh menghentikan keinginannya untuk melanjutkan proyek IPAL di Gampong Pande. Belum terambat untuk mencari solusi yang baik, karena bagaimana pun kemulian Aceh harus tetap dijaga,” tandasnya.
Sumber: Portalsatu