(IslamToday ID) – Pemerintah Indonesia sudah resmi menyatakan tidak memberangkatkan jamaah haji pada tahun ini. Padahal, tak sedikit jamaah sudah melunasi biaya naik hajinya.
Salah satunya Aniyah (75) dan anaknya Ahmad Gazali Salim (34), masuk dalam antrean sejak 2013 dengan jadwal keberangkan haji pada tahun 2020. Seluruh pembiayaan juga telah dilunasi.
Namun, mimpi mereka untuk naik haji kembali gagal untuk kedua kalinya ketika pemerintah memutuskan membatalkan ibadah haji tahun ini.
“Kami kecewa, apalagi orang tua saya sudah senja, itu yang ia tunggu-tunggu dalam hidupnya. Sekarang kondisi ibu kini sudah kurang sehat karena semakin tua,” kata Gazali, warga Madura, Jawa Timur seperti dikutip dari BBC News Indonesia, Jumat (4/6/2021).
Ia menambahkan, ibunya rela menjual tanah demi bisa sampai ke Tanah Suci. “Harapannya berangkat tahun ini, ternyata tidak bisa,” ujar Gazali.
Sementara itu, Ketua Forum Komunikasi Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umroh (KBIH) Pamekasan, Madura, Loeqman Al-Hakim mengatakan, keputusan pemerintah itu menambah antrean panjang untuk melaksanakan ibadah haji.
“Ini sebuah kekecewaan yang sulit kami terima, terutama (bagi) lansia yang sudah umur 60-85 tahun (yang) masih menunggu, mau sampai kapan? Saya berharap pemerintah melakukan diplomasi dan komunikasi yang kuat,” kata Loeqman.
Rasa kecewa Aniyah dan Gazali adalah satu ungkapan dari ratusan ribu jamaah haji yang batal beribadah ke Arab Saudi.
Kementerian Kesehatan Arab Saudi mengizinkan jamaah haji luar negeri untuk ikut menunaikan ibadah haji pada Juli dengan pertimbangan 15.000 dari dalam negeri dan 45.000 dari luar negeri.
Pengamat haji dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dadi Darmadi mengatakan, dua tahun berturut-turut pemerintah tidak memberangkatkan haji itu berdampak besar bagi psikologis rakyat Indonesia.
“Mereka merasa, kok sesuatu yang penting bagi umat Islam sepertinya kurang diperjuangkan pemerintah sampai akhir, padahal Saudi belum memutuskan, kan masih ada peluang,” kata Dadi.
Dadi membayangkan, dari 45.000 dengan perhitungan kotor, Indonesia berpotensi mendapatkan sekitar 4.000 hingga 5.000 orang dan mungkin lebih kecil.
Indonesia sebagai negara Islam terbesar mendapatkan kuota haji terbanyak di dunia memiliki posisi tawar untuk memperjuangkan kuota tersebut.
“Ini bukan soal jumlah, tapi tentang upaya pemerintah untuk membangkitkan semangat masyarakat bahwa pemerintah berhasil memperjuangkan yang paling penting bagi umat Islam Indonesia dan ada harapan bagi jamaah untuk naik haji,” jelasnya.
Keputusan pemerintah tidak memberangkatkan jamaah haji juga berdampak pada biro travel haji yang biasa mengurus jamaah reguler maupun haji khusus.
Salah satu biro travel haji dan umrah di Rawamangun, Jakarta Timur, Safana Tour ikut menunda rencana keberangkatan jamaahnya. Manager Marketing Safana Tour, Maemunah mengatakan sudah mendengar keputusan tersebut.
“Iya kita juga baru lihat tadi di YouTube. Semua juga ngalamin, semua travel juga sedih ya,” kata Maemunah seperti dikutip dari Kumparan.
Menurutnya, banyak calon jamaah yang sudah sepuh, tetapi semangat untuk beribadah ke Tanah Suci tetap tinggi. Namun karena pandemi akhirnya ibadah haji tertunda dan membuat mereka bersedih.
“Banyak jamaah yang sudah tua-tua. Kemarin saya mengunjungi jamaah sudah usia 65 tahun, nangis mulu kan. Akhirnya kita datangi, kita kasih semangat, yang penting sehat dulu, soalnya ibadah di sana kan harus sehat,” ucapnya.
Soal dana jamaah, Maemunah mengatakan itu tergantung dari jamaah masing-masing. Apakah mau diambil atau tidak. Tapi selama ini mereka memilih untuk tidak menarik dananya karena sudah diniatkan untuk ibadah dan sabar menunggu hingga kondisi membaik.
“Kalau jamaah mau ambil uangnya boleh, tapi belum ada yang ambil. Kemarin juga ada jamaah yang sudah tahu (belum ada keputusan haji/umrah) tapi tetap DP, memang kondisinya begini, nanti pasti bisa normal kembali, banyak-banyak berdoa saja bisa ke Baitullah,” katanya. [wip]