IslamToday ID — Ekonom senior Rizal Ramli meminta menteri Pendidikan untuk serius melakukan terobosan baru dalam dunia pendidikan. Pasalnya, menurut dia, Menteri Pendidikan tidak memiliki inovasi yang cukup baik selama memimpin pendidikan Indonesia.
Sebab, dalam laporan Times Higher Education (THE) 2021, Universitas di Indonesia dikalahkan dengan Universitas dari negara Malaysia. Universitas di Malaysia mampu bertengger di peringkat 50 besar. Sedangkan Indonesia, hanya mampu menembus peringkat 200.
“Mohon maaf udah 2 tahun saya nggak tahu dia ( Menteri Pendidikan, Nadiem Makarim) ngapain tuh,” sebut Rizal saat di chanel Youtube Hotspots Bang Arief, Rabu (16/06/ 2021)
Untu itu, Ia memberikan masukan kepada Pemerintah untuk menangani peringkatperguruan tinggi Indonesia yang kian merosot.
Rizal mengatakan, untuk membuat pendidikan Indonesia semakin baik, dibutuhkan pemberantasan korupsi dalam dunia pendidikan. Hal ini guna menjaga struktur insentif menyasar kepada siswa yang membutuhkan.
“Dalam konteks pendidikan tadi, satu kepret , corrupt di dunia pendidikan hajar-hajar, insentif structure ga bener hajar. Bangun sistemnya supaya jangan terulang lagi corruptnya , bangun supaya semua itu termotivasi supaya menaiki rangking kita,” kata Rizal
Selain itu, Rizal juga menyebut seharusnya Nadiem Anwar Makarim mampu melakukan pelobby-an kepada Presiden Jokowi untuk membuat program pendidikan pemasangan internet gratis. Menurutnya, pemasangan internet gratis akan lebih berguna untuk pembelajaran ditengah situasi pandemi.
Lanjutnya, dengan memasangkan internet gratis tentu semua anak akan merasakan manfaatnya, tak hanya mahasiswa, pelajar SD juga akan merasakannya. Dari perkotaan hingga pelosok-pelosok. Sehingga, anak di desa-desa tak perlu kesusahan mencari sinyal internet.
“Dan dia harusnya lobby invest , kan dalam dunia covid ini tidak ada satu orang pun yang bisa hidup tanpa wi-fi yang canggih. Kalau saya akan lobby supaya pemerintah investasi sekitar Rp 60 triliun supaya ada sistem wi-fi gratis di seluruh Indonesia sampai desa-desa jadi anak bisa belajar bisa, bisa bisnis, bisa networking ya kan nah itu kan cuman Rp60 triliun,” ucap Rizal Ramli.
Lakukan Praktik Etika
Rizal Ramli menyayangkan kondisi pendidikan di Indonesia masih dipenuhi dengan plagiasi jurnal. Dimana pelakunya kerap dilakukan oleh civitas akademik Kampus.
Dalam pandangannya, untuk memberantas kebohongan publikasi jurnal, harus berani menghukum pelaku sesuai dengan peraturan yang ada. Pasalnya, plagiasi ini sudah dikategorikan sebagai tindakan pencurian karya ilmiah.
“Apapun agamanya pasti ngajarin integritas dan kebaikan. Tapi dalam prakteknya etika kita udah ditinggalin. Bagaimana membalikan ya, satu tentu harus dalam praktek. Etika itu kalau hanya di kuliah kan nggak ada hasilnya harus diperhatikan di dalam sistem. Siapa yang nyolong atau corrupt ya di birokrasi harus disikat hukum,”
Hal ini sesuai dengan kebijakan Rizal Ramli saat menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman di era Presiden Gusdur.
Ia menceritakan saat itu, dia memiliki kebijakan yang cukup terkenal yaitu ‘ Rajawali nyepret’ untuk menyasar para pencuri , mengubah kultur kultur KKN, dan kultur korupsi.
“Memang terbukti semua korupsi di Garuda, permainan di PLN, dan sebagainya. Pak Jokowi pernah tanya saya, kenapa mesti ngepret. Di sawah sawah itu ‘tikus’-nya banyak. Supaya hasil panennya yang menikmati rakyat, kita mesti pasang orang-orangan buat ‘ngepret tikus’,” jelasnya.
Meski berbeda konteks, Rizal merasa yakin dengan kebijakan yang pernah dilakukannya itu dapat menaikan peringkat pendidikan di Indonesia, terutama di perguruan tinggi.
“Bangsa itu harus diginin. Dalam konteks pendidikan tadi, ya kepret,” tandasnya.
Penulis Kanzun