(IslamToday ID) – Ekonom senior Faisal Basri menilai keuntungan yang bisa diperoleh dari program vaksin berbayar atau vaksin gotong-royong individu jika jadi direalisasikan mencapai Rp 17,2 tiliun.
Namun pemerintah melalui PT Kimia Farma akhirnya memutuskan untuk menunda program tersebut karena mendapat penolakan dari elemen masyarakat.
“Berdasarkan skenario awal, bayangkan betapa menggiurkan bisnis vaksin BUMN. Kalau untungnya Rp 100.000 per suntikan, rentenya senilai Rp 17,2 triliun,” kata Faisal Basri di akun Twitternya, Selasa (13/7/2021).
Saking menggiurkannya keuntungan vaksin mandiri tersebut, ia menganggap vaksin gotong-royong tak ubahnya praktik rente. “Makanya ada vaksin ‘gotong-royong’ (lebih tepat vaksin rente),” sambung Faisal Basri seperti dikutip dari RMOL.
Skenario vaksin berbayar tersebut sudah ia cermati sejak Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin masih menjabat sebagai Wakil Menteri BUMN.
Pada November 2020 lalu, Budi Gunadi mendapat tugas dari Kementerian Kesehatan yang saat itu dipimpin Terawan Agus Putranto untuk mengadakan dan mendistribusikan sekitar 172,61 juta dosis vaksin corona melalui skema vaksin mandiri.
Saat itu, Kementerian BUMN diberi tugas menyuntikkan vaksin Covid-19 kepada kelompok penerima masyarakat dan pelaku ekonomi tergolong mampu sebanyak 74,04 juta orang.
Dari jumlah inilah, didapati kemungkinan keuntungan yang didapat bila vaksin berbayar benar-benar dilaksanakan pemerintah. “Vaksinnya sudah kadung dipesan. Pak Budi Gunadi pasti tahu itu,” ujar Faisal Basri. [wip]