(IslamToday ID) – Tingkat pengangguran diprediksi bakal meningkat seiring dengan kebijakan perpanjangan PPKM yang diberlakukan pemerintah.
Di sisi lain, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perekonomian Indonesia berhasil tumbuh positif mencapai 7,07 persen (year on year/yoy) pada triwulan II tahun 2021, dibandingkan periode sama tahun lalu.
Informasinya, pertumbuhan perekonomian ini pun dinilai sesuai prediksi pemerintah sejak awal triwulan II-2021 kemarin.
“Kalau dibandingkan dengan triwulan II-2020 atau secara year on year (yoy), maka ekonomi Indonesia tumbuh 7,07 persen,” kata Kepala BPS, Margo Yuwono seperti dikutip dari Pikiran Rakyat, Ahad (8/8/2021).
Ia menilai pertumbuhan ini dilatarbelakangi upaya pemerintah menjalankan program vaksinasi yang mampu meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk melakukan mobilitas.
Selain itu, BPS menyebut pertumbuhan juga dipengaruhi perbaikan ekonomi global, terutama beberapa negara yang menjadi mitra dagang Indonesia.
Beberapa negara tersebut yakni China yang mengalami pertumbuhan ekonomi mencapai 7,9 persen, Singapura 14,3 persen, Korea Selatan 5,9 persen, dan Vietnam 6,6 persen.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah mengatakan kebijakan PPKM saat ini membuat ekonomi menjadi melambat, sehingga diprediksi bikin pengangguran dan kemiskinan meningkat.
“Yang kita hadapi sekarang di Agustus ini adalah gelombang kedua pandemi dan PPKM Level 4. Perekonomian sekarang sedang turun, pengangguran dan kemiskinan meningkat. Yang kita alami sekarang baru akan dicatat dan dilaporkan oleh BPS pada bulan Oktober nanti,” kata Piter, Ahad (8/8/2021).
Di tengah pengumuman ekonomi tumbuh 7,07 persen, justru kata Piter, Indonesia saat ini sedang menghadapi gelombang PHK atau banyak pegawai yang dirumahkan.
“Di tengah PPKM Level 4 sekarang ini justru kita menghadapi gelombang PHK atau perumahan pegawai. Jadi pertumbuhan ekonomi 7 persen di triwulan II kita jadikan sumber semangat saja,” tuturnya.
Sedangkan untuk pertumbuhan ekonomi yang tumbuh 7,07 persen di kuartal II-2021, memang tidak bisa dilihat dampaknya saat ini dan ke depan, melainkan hanya pada periode April, Mei, dan Juni 2021.
Secara terpisah, Ketua Umum DPD Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) Provinsi DKI Jakarta, Sarman Simanjorang menilai pertumbuhan ekonomi yang sampai 7,07 persen ini memang tidak sama kualitasnya ketika dalam situasi normal. Capaian itu dinilai tak berdampak signifikan pada penurunan angka pengangguran dan kemiskinan.
“Naiknya pertumbuhan ekonomi kuartal II-2021 tidak berpengaruh terhadap penciptaan lapangan pekerjaan dan menurunnya angka kemiskinan,” katanya.
Menurut Sarman, pertumbuhan ekonomi yang berkualitas yakni setiap pertumbuhan 1 persen akan mampu menyediakan lapangan pekerjaan di kisaran 250.000 sampai 500.000.
“Pelaku usaha tentu berharap agar ke depan kita ingin mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkualitas yang mampu mempengaruhi terhadap indikator tersebut di atas, termasuk indeks kepuasan masyarakat,” tuturnya.
Berdasarkan data BPS terakhir, pada Februari 2021 pengangguran di Indonesia sebanyak 8,75 juta orang. Jumlah itu sebenarnya sudah menurun 0,81 persen atau berkurang 1,02 juta orang dari posisi Agustus 2020 menjadi 6,26 persen atau sebanyak 8,75 juta orang.
Sedangkan angka kemiskinan, jumlahnya pada Maret 2021 sebanyak 27,54 juta. Angka ini memang menurun 0,01 juta orang dibandingkan September 2020, tapi jika dibandingkan dengan periode Maret 2020 terjadi peningkatan 1,12 juta orang. [wip]