(IslamToday ID) – Maraknya penggunaan bahasa Arab disebut pengamat intelijen sebagai bibit dari terorisme. Padahal, faktanya bahasa persatuan kita yakni bahasa Indonesia banyak sekali meminjam istilah bahasa Arab karena ketiadaan kosakata di berbagai bidang.
Mengutip dari laman Twitter @Republikaonline, berikut sedikit contoh kosakata bahasa Indonesia yang merupakan serapan dari bahasa Arab:
Di bidang ilmu pengetahuan, bahasa Indonesia meminjam kata-kata seperti “aljabar”, “kimia”, “azimuth”, “zenith”, “nadir”, “alkohol”, “algoritma”, “khatulistiwa”, “huruf”, “sejarah”, dan banyak lagi.
Kemudian di bidang politik, sebagai negara, Indonesia membutuhkan kata untuk konsep-konsep tertentu. Diantaranya “majelis”, “musyawarah”, “rakyat”, “masyarakat”, “kedaulatan”, “perserikatan”, dan sebagainya.
Di bidang hukum, bahasa Indonesia juga meminjam kata-kata seperti “adil”, “hukum”, “hakim”, “wajib”, “halal”, “haram”, “waris”, “niat”, “khilaf”, “zina”, dan masih banyak lagi.
Bahasa Arab juga digunakan untuk jadi alternatif bagi kata yg dianggap kurang sopan. Seperti “hewan” untuk “binatang”, “hamil” untuk “bunting”, “jasad” untuk “bangkai”, “jenazah” untuk “mayit”, “abdi” untuk “pelayan”, kemudian juga ada “tinja”, “aurat”, dan sebagainya.
Di bidang filsafat juga demikian. Di tataran gagasan alias alam pikir, tak sedikit juga konsep abstrak yang menggunakan bahasa Arab seperti “keabadian”, “makhluk”, “keyakinan”, “akal”, “awal”, “akhir”, “ketakutan”, “ruh”, “alam”, “makna”, “ihwal”, dan sebagainya.
Di pergaulan keseharian, kita juga menyerap banyak sekali bahasa Arab. Seperti “kursi”, “kamar”, “kertas”, “kamera”, “pondok”, “alat”, “alamat”, dan seterusnya.
Jadi masih mau bilang bahasa Arab itu sumber terorisme? [wip]