(IslamToday ID) – Kementerian Pendidikan Kebudayaan dan Riset Teknologi (Kemendikbud-Ristek) menganggarkan hingga Rp 5 miliar untuk merenovasi ruangan kerja Menteri Nadiem Makarim. Hal ini seolah bertolak belakang dengan kondisi masyarakat yang masih kesulitan ekonomi akibat pandemi.
Nilai fantastis untuk renovasi ruangan Nadiem terungkap dalam laman lpse.kemdikbud.go.id. Disebutkan bahwa ada penataan pada ruang kerja dan ruang rapat Gedung A dengan nilai pagu paket sebesar Rp 6,5 miliar.
Nilai harga perkiraan sendiri (HPS) mencapai Rp 5.391.858.505. Satuan kerja dalam hal ini adalah biro umum dan pengadaan barang dan jasa.
Dengan nilai tersebut tentu saja bila dialihkan untuk bantuan ke masyarakat akan lebih bermanfaat untuk mengangkat kembali perekonomian.
Uang senilai Rp 5 miliar dapat membiayai atau menjadi modal bagi 2.500 usaha baru dengan nilai paket Rp 20 juta per orang.
Tentu saja itu lebih memiliki nilai manfaat, khususnya bagi para UMKM atau warga yang kehilangan pekerjaan selama pandemi Covid-19 ini.
Menanggapi itu, Wakil Ketua Komisi X DPR RI Dede Yusuf Macan Effendi mengingatkan agar renovasi tersebut sesuai aturan dan prioritas pendidikan ke masyarakat tetap dilaksanakan.
“Selama sesuai aturan, dan prioritas utama pendidikan ke masyarakat tetap dilaksanakan,” katanya seperti dikutip dari Merdeka, Jumat (10/9/2021).
Menurutnya, urusan renovasi tersebut tidak dibicarakan di Komisi X. Ia mengatakan, ada alokasi kebutuhan kerja kementerian dari kesekjenan Kemendikbud-Ristek.
“Komisi X tidak sampai kepada satuan tiga kegiatan yang dilakukan pemerintah. Itu urusan internal pemerintah tentunya,” ucapnya.
Politisi Demokrat ini menyebut Komisi X DPR tetap fokus mengawal kebijakan pendidikan dari Kemendikbud-Ristek. Komisi X DPR sendiri merupakan mitra kerja Mendikbud-Ristek Nadiem Makarim.
“Komisi X tetap fokus mengawal kebijakan pendidikan untuk masyarakat,” pungkasnya.
Sementara itu, Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof Azyumardi Azra menilai pejabat Mendikbud-Ristek tak seharusnya menganggarkan renovasi ruang kerja hingga Rp 5 miliar.
“Seharusnya pejabat seperti Mendikbud tidak sampai menghabiskan anggaran sampai Rp 5 milyaran untuk rencana renovasi ruang kerja sendiri. Pasti renovasi itu tidak mendesak,” kata Azyumardi melalui akun Twitternya seperti dikutip dari Bisnis.com.
Ia berpendapat dana tersebut seharusnya bisa dianggarkan untuk kebutuhan lain yang lebih mendesak. “Seperti membantu anak-anak yang tertinggal pendidikannya karena wabah Covid-19, bahkan puluhan ribu menjadi yatim piatu ditinggalkan ayah ibu mereka,” tulisnya lagi.
Lebih lanjut, ia menilai harusnya pejabat Kemendikbud-Ristek miliki perilaku sense of crisis. “Seharusnya menteri yang mengurusi pendidikan dan kebudayaan menunjukkan perilaku berkebudayaan, yaitu sense of crisis dan sikap empati untuk membantu anak didik yang terkapar, dan menolak menggunakan anggaran untuk hal tidak urgen,” pungkasnya. [wip]