(IslamToday ID) – Kota Solo bakal serius menggarap muslim friendly tourism (wisata ramah muslim). Salah satu infrastruktur yang dibangun adalah sertifikasi produk halal bagi seluruh UMKM kuliner.
Sekadar informasi, jumlah UMKM yang sudah tersertifikasi halal di Solo hanya hitungan jari, sekitar 6-7 UMKM. Itu pun masih dalam proses pengajuan. Sisanya, sebatas self-declare alias klaim sepihak.
“Solo ini kan menjadi kota percontohan, pilot project. Maka semua UMKM didorong memiliki sertifikat halal. Tidak cukup hanya self-declare. Jadi setiap produk yang dikeluarkan harus memiliki sertifikat halal. Sehingga masyarakat muslim di Kota Solo merasa yakin bahwa yang dikonsumsi betul-betul halal,” ungkap Satgas Halal Kementerian Agama (Kemenag) Solo Encep Moh Ilham dalam kegiatan capacity building UMKM kuliner Kauman untuk pengembangan kawasan kuliner halal, Senin (6/12/2021).
Satgas Halal Kemenag terus mencari data UMKM yang sudah memiliki Nomor Izin Berusaha (NIB) di Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Surakarta. Dilanjutkan sosialisasi agar mereka segera mengurus sertifikasi produk halal.
Caranya, mengumpulkan data yang dibutuhkan dan di-input dalam aplikasi Sehati, Sertifikat Halal Gratis. Encep mengklaim, Satgas Halal bakal mendampingi proses tersebut. Jika lolos seleksi Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH), akan keluar sertifikat halal.
“Selama ini kendalanya UMKM hanya belum familier. Karena ini layanan baru 2021. Nanti 2022, akan lebih disosialisasikan lagi. Tahun ini sudah ada 3.200 UMKM di Jawa Tengah yang tersertifikasi halal. Sudah mencapai target. Tahun depan, targetnya naik menjadi 6.000 UMKM,” ungkapnya seperti dikutip dari Radar Solo.
Diharapkan, jaminan produk halal bukan hanya untuk di Indonesia. Tapi juga menyasar pasar global. Indonesia jadi satu-satunya negara yang akan memproduksi jaminan produk halal terbanyak di dunia.
Kegiatan yang diselenggarakan Bank Indonesia (BI) Solo ini bertujuan untuk mengembangkan UMKM khususnya kuliner. Sebab, salah satu bagian dari ekonomi kreatif yang paling potensial di Kota Solo adalah UMKM kuliner.
Potensi ini tidak hanya untuk Indonesia, namun juga menarik wisatawan asing, sehingga muslim friendly tourism perlu digarap serius.
“Karena nanti Solo selain jadi destinasi wisata biasa, juga bisa jadi destinasi wisata religi. Harus di-support dengan kuliner halal,” kata Kepala Kantor Perwakilan BI Solo Nugroho Joko Prastowo.
“Kampung Wisata Kauman dipilih karena dinilai lebih siap. Punya infrastruktur, kelompoknya sudah ada, dan lokasi kampungnya terkonsentrasi. Ditambah dekat dengan Masjid Agung, sehingga nanti sentral pelatihan tentang kehalalan bisa diatur oleh jejaring masjid,” tambahnya.
Proses pembangunan infrastruktur ini tidak sebentar. Butuh waktu setahun, baru bisa direplikasi ke daerah lain. Nugroho menyebut, ada banyak kandidat, seperti kawasan Laweyan dan Pasar Kliwon. Bahkan tidak menutup kemungkinan direplikasi di berbagai daerah di Tanah Air. Sebab, infrastruktur muslim friendly tourism ini berkolaborasi dengan Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) di seluruh Indonesia.
“Solo jadi pilot project, pertama di Indonesia. Ada 79 UMKM kuliner di Kampung Batik Kauman. Tapi berbeda level. Nah, bagi UMKM yang belum mendapatkan sertifikasi halal, akan dijamin oleh komunitas untuk mengawasi dan menjamin produk yang keluar dari Kauman pasti halal. Ini yang disebut berbasis komunitas,” pungkas Nugroho. [wip]