(IslamToday ID) – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengklaim Indonesia berhasil pulih lebih cepat dari yang diperkirakan dalam mengatasi pandemi Covid-19, sekalipun dibandingkan dengan krisis moneter (krismon) yang melanda pada 23 tahun silam.
“Pemulihan ekonomi Indonesia jauh lebih cepat dibandingkan dengan pengalaman Indonesia juga ketika menghadapi krisis moneter pada 1997/1998,” kata Sri Mulyani dalam webminar sebagai bagian dari rangkaian pertemuan G20, Rabu (16/2/2022).
Ia menjelaskan, ketika pandemi dimulai pada Maret 2020, pemerintah mengambil langkah strategis untuk mengantisipasi keruntuhan ekonomi akibat jatuhnya mobilitas masyarakat. Mulai dari mengamankan sisi kesehatan, sistem keuangan, hingga insentif untuk masyarakat yang terdampak.
Hasilnya terlihat, sekalipun ekonomi negatif 2,07 persen pada periode tersebut, namun tidak sedalam banyak negara lain.
Momentum pemulihan ekonomi berlanjut di 2021. Pada kuartal II, ekonomi berhasil tumbuh positif di atas 7 persen ditopang oleh seluruh aspek, mulai dari ekspor, konsumsi rumah tangga, hingga investasi.
Kuartal selanjutnya, tekanan kembali datang lewat varian Delta dan membuat pemerintah menginjak rem agar penyebaran tidak semakin meluas. Beruntung hal tersebut bisa ditangani dalam waktu dekat, sehingga dampak ke ekonomi tidak terlalu berat.
Pemulihan ekonomi akhirnya kembali ke jalur semula pada kuartal IV-2021, yang berhasil tumbuh 5,02 persen. Perbaikan ekonomi di kuartal IV-2021 didorong oleh sisi permintaan dan penawaran.
Konsumsi rumah tangga tumbuh 3,55 persen (yoy), aktivitas investasi (PMTB) yang sempat tertahan, juga kembali dapat meningkat 4,49 persen, konsumsi pemerintah juga mampu tumbuh 5,25 persen (yoy), dan ekspor kembali mencatatkan pertumbuhan tinggi sebesar 29,83 persen (yoy).
Dilihat dari sisi sektor lapangan usaha, seluruhnya berhasil tumbuh positif selama Oktober-Desember 2021. Termasuk sektor pariwisata yang sudah mulai pulih meskipun belum kembali seperti level pra pandemi.
“Kita menutup 2021 dengan pertumbuhan positif 3,6 persen,” ujar Sri Mulyani.
Dilihat secara keseluruhan, ekonomi tentu tidak hanya ditopang oleh dalam negeri. Melainkan juga efek dari lonjakan harga komoditas internasional, seperti batubara, bauksit, tembaga, nikel, hingga minyak kelapa sawit yang menjadi ekspor andalan Indonesia.
“Kami akan melanjutkan kebijakan kami seefektif mungkin, proses pemulihan ini masih perlu didukung oleh kebijakan kami dari sisi fiskal,” pungkas Sri Mulyani. [wip]