(IslamToday ID) – Pengamat pertahanan dan militer, Connie Rahakundini Bakrie menilai struktur sistem di tubuh Polri harus segera direformasi agar tidak muncul “Sambo-sambo” baru. Menurutnya, Polri sangat aneh karena termasuk golongan sipil namun bergaya sangat militer.
Connie pun membeberkan sejumlah persoalan stategis yang menghinggapi Polri sejak 1999. Masalah pertama, katanya, adalah spaint of control Polri terlalu luas bahkan terluas di dunia.
Yang kedua adalah posisinya tertinggi di dunia, langsung di bawah presiden, dan bahkan sampai Kompolnasnya pun di bawah presiden. Ketiga, tugas dan tanggung jawab keamanan nasionalnya merupakan terberat di dunia. “Sementara di dunia internasional itu harus ada kerja sama antar institusi,” kata Connie dikutip dari sebuah diskusi, Senin (29/8/2022).
Kemudian yang keempat yakni Polri punya kemampuan dalam hal anggaran, yang mana mampu mengontrol misalnya rekannya yaitu TNI.
“Banyak sekali aturan undang-undang yang seharusnya negara ini memerlukan dan diperlukan untuk beres cepat. Tapi kalau buat polisi itu kayaknya mengancam posisi dia, maka dia tidak akan golkan itu. Ketika ini tidak bisa dibetulkan, maka akan lahir Sambo-sambo yang lain jika sistemnya dipertahankan seperti sekarang ini,” ucap Connie dikutip dari Medcom.id.
Menurutnya, bukan tindakan ganti orang yang diperlukan, tapi struktural dan struktur sistem yang sebenarnya harus diubah.
“Kita tahu bersama Polri ini kan sipil. Itu beda sekali dengan militer. Polisi sistemnya pengembang. Tentara sebagai penghancur. Kalau polisi pemikirannya harus jelas, maka tentara perintahnya harus jelas. Tetapi yang terjadi sekarang polisi kita itu menjadi seperti militer,” imbuhnya.
Bahkan, menurut Connie, polisi di Indonesia ini paling aneh sedunia terkait dengan budaya yang salah tempat.
“Katanya budayanya dia sipil, tapi seperti yang kita lihat bersama budaya mereka masuk budaya militer. Sehingga tidak tunduk pada hukum, tetapi tunduk pada komando seperti tentara. Makanya dalam kasus Sambo ini dia memperlihatkan kesalahan sistemik,” katanya.
“Karena dia (polisi) merasa sudah seperti militer. Dan ini terbentuk dari kepangkatan polisi yang disamakan dengan TNI. Coba kita lihat, namanya saja beda cuma levelnya sama. Bintangnya empat tiga dua satu,” tambahnya. [wip]