(IslamToday ID) – Direktur The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya turut bersuara perihal seorang perempuan yang kedapatan membawa pistol jenis FN di depan Istana Merdeka, Jakarta.
Diketahui, seorang perempuan bercadar itu diamankan Paspampres di dekat pos utama Paspampres atau dekat lampu lalu lintas sekitar pukul 07.00 WIB, Selasa (25/10/2022).
“Secara pribadi, sebenarnya saya sangat malas untuk komentari kasus ini. Tapi gregetan juga membaca, mendengar narasi yang over, dan terkesan serempak digaungkan oleh media dengan sumber utama orang yang mbaurekso KSP dan jejaringnya,” kata Harits, Rabu (26/10/2022).
Menurutnya, gestur perempuan tersebut adalah sosok pribadi yang punya masalah kejiwaan. Ia menilai perlu pemeriksaan priskologis terhadap perempuan tersebut.
“Bisa saja dia ‘mainan’ atau seperti dijadikan ‘alat simulasi’ oleh pihak tertentu terkait dengan isu keamanan,” tutur Harits dikutip dari Sindo News.
Ia berpendapat bahwa tindakan seorang perempuan bercadar dan membawa pistol itu bukanlah ancaman yang serius. “Dengan pistol rakitan, yang entah amunisinya itu bisa ditembakkan atau tidak. Jadi tidak perlu dibesar-besarkan dan membangun narasi yang tidak proporsional sama sekali,” imbuhnya.
Harits juga menilai jika dimunculkan isu ISIS di balik tindakan itu, maka narasi tersebut sudah kedaluwarsa. “Lucu, momentumnya bertepatan pasca Kepala KSP Moeldoko bicara soal ancaman radikalisme dan di Pulau Bali jelang agenda G20,” ungkapnya.
Lebih lanjut ia menuturkan, sementara di sisi lain realita yang sedang terjadi bahwa Indonesia dihadapkan pada ancaman-ancaman yang lebih serius.
“Baik aspek keamanan (teroris separatis OPM), hukum (aparat penegak hukum yang hancur integritasnya), maupun ekonomi (ancaman resesi), dan itu semua lebih aktual dibanding kasus wanita yang melintas, sekali lagi bukan menerobos arah ring 1 kawasan Istana Merdeka dengan tujuan yang tidak jelas. Mari kita waras mengeja realita,” pungkasnya. [wip]