(IslamToday ID) – Politikus PDIP Adian Napitupulu menilai para anggota dan kader PDIP harus melihat rakyat secara terhormat, bukan sekedar objek jual beli suara saat pemilu. Menurutnya, rakyat harus diorganisir dan menjadi subjek bernegara, serta ajak berkomunikasi dengan baik.
Hal itu disampaikan Adian saat mendampingi Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menghadiri Rakerda PDIP Kalimantan Selatan (Kalsel) di Banjarmasin, Sabtu (3/12/2022).
Adian berbicara di hadapan ratusan kader utama PDIP se-Kalsel dengan tema membangun dedikasi dan semangat juang kader partai. Menurut Adian, seluruh anggota dan kader PDIP adalah aktivis pergerakan yang tugasnya cuma satu, yakni mengorganisir rakyat.
“Karena tanpa mengorganisir diri dan rakyat, kita bukan siapa-siapa. Kalau kita sendiri, kita bukan siapa-siapa,” kata Adian dikutip dari Liputan 6.
“Bagaimana cara mengorganisir rakyat? Uang bukanlah jawabannya. Suara rakyat tak perlu dibayar dengan uang amplop. Rakyat tak boleh jadi objek jual beli, rakyat itu terhormat,” tegasnya.
Maka langkah pertama, kata Adian, hilangkan dulu pikiran bahwa rakyat yang kita wakili hanya sekadar diberi amplop berisi uang. Kedua, berbuat yang terbaik kepada rakyat, maka rakyat takkan bertanya apa agama dan suku, namun akan bisa melihat ketulusan dari tindakan.
Adian lalu bercerita panjang tentang apa yang ia lakukan di Pongkor, Bogor, Jawa Barat. Dimana Adian menginisiasi warga Pongkor untuk membentuk koperasi. Sehingga dibolehkan menambang atas Izin Usaha Pertambangan (IUP) di Pongkor yang dimiliki BUMN.
Rakyat yang dulunya ditangkapi, setelah diorganisir, dilatih manajemen, tata cara menambang yang memenuhi standar keselamatan, dan kemudian bergabung di dalam koperasi. Koperasi dengan anggota yang telah dilatih tersebut kini sudah boleh menambang. Bahkan, kata Adian, dalam enam bulan ke depan koperasi rakyat ini sudah akan mengolah sendiri.
“Saya lakukan bukan demi suara. Tapi sederhana, berbuat baik ke rakyat dan rakyat akan tahu siapa yang berbuat baik dengan tulus,” ujar Adian.
Begitupun dengan pengorganisasian rakyat di Cileungsi untuk memiliki tanah yang dulu dikuasai oleh yayasan yang terafiliasi Soeharto. “Tanah tersebut setelah melalui perjuangan panjang, menjadi tanah untuk rakyat,” ujar Adian.
Ia juga memberi contoh di Lebak Wangi, Bogor, dimana rakyat desa diorganisir untuk memanfaatkan waduk menjadi sumber penghidupan. Hasiknya, hari ini 144 rakyat desa bekerja di sana, dengan 22 orang anak muda karang taruna digaji dari Bumdes yang mengelolanya.
“Ini bukti bahwa ketika kita mau mengorganisir rakyat desa menjadi subjek bukan objek, itu bisa. Rakyat harus jadi subjek bernegara, harus diorganisir agar semakin besar keterlibatannnya dalam bernegara. Itulah tugas kita,” kata Adian.
“Saya berharap kita sebagai kader PDI Perjuangan harus berbeda dengan kader partai lain. Kita harus perbaiki dan ubah cara kita mengorganisir rakyat. Supaya suatu saat rakyat akan mengatakan, dalam pemilu, saya memilih orang baik, bukan memilih amplop,” tegasnya. [wip]