(IslamToday ID) – Analis sosial politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedilah Badrun menilai Presiden Jokowi tak tahu berterima kasih kepada Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri hingga akhirnya gamang, antara mendukung Ganjar Pranowo atau Prabowo Subianto.
Ubed, sapaan akrabnya, kemudian mengurai secara garis besar perjalanan politik Jokowi hingga kini terjebak pada kegamangan. Dan itu tampak pada pidato di Musyawarah Rakyat (Musra).
Salah satu implikasi dari kegamangan lainnya adalah pemanggilan Gibran Rakabuming Raka oleh DPP PDIP, karena menemui Prabowo saat kunjungan ke Solo. “Itu semua karena perilaku Jokowi sendiri, yang tidak tahu berterima kasih pada Megawati,” kata Ubed dikutip dari Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (25/5/2023).
Sebenarnya, katanya, sejak Pilgub DKI Jakarta hingga akhirnya Jokowi jadi gubernur DKI, kemudian maju Pilpres hingga jadi presiden, semua itu karena dukungan PDIP yang luar biasa.
PDIP bahkan sampai mengorbankan hasil Kongres Nasional demi mendukung Jokowi. Kongres Nasional PDIP saat itu atau sebelum 2014, memutuskan bahwa Capresnya Megawati, bukan Jokowi.
Termasuk saat Pilkada DKI 2017, Cagub versi DPD PDIP DKI Jakarta sebenarnya Boy Sadikin, bukan Jokowi. “Demi Jokowi, PDIP rela mengabaikan dua keputusan tertingginya itu,” beber Ubed.
Kini, tiba-tiba Jokowi membuat Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dan atau membuat koalisi besar, tanpa membicarakannya dengan Megawati.
“Akhirnya rencana Jokowi itu berantakan, ketika Megawati yang memiliki otoritas tertinggi akhirnya memutuskan mendeklarasikan Ganjar, tepat saat Jokowi sudah mau Lebaran di Solo,” katanya.
Situasi berantakan itu, kata Ubed, membuat Jokowi gamang memberikan dukungan kepada Ganjar atau Prabowo. “Semua itu dasarnya karena tidak tahu berterima kasih kepada Megawati. Kalau Jokowi tahu terima kasih, harusnya mengikuti arahan Megawati,” pungkasnya. [wip]