(IslamToday ID) – Akademisi dari Universitas Andalas, Najmuddin Rasul menilai wacana menduetkan pasangan Anies Baswedan dengan Ganjar Pranowo yang dikemukakan PDIP merupakan langkah terbaru untuk menggoyahkan Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP). Ia melihat sebelumnya sudah banyak upaya untuk membuat Koalisi Perubahan yang terdiri atas Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan PKS bubar.
Di antaranya dengan membujuk PKS bergabung dengan Gerindra untuk mengusung Prabowo Subianto, PDIP mencoba memberi harapan posisi cawapres untuk Ketua Umum Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono. Ada juga dengan cara pengajuan Peninjauan Kembali (PK) kubu Moeldoko ke Mahkamah Agung (MA) mengenai keabsahan kepengurusan Partai Demokrat.
“Saling sindir, otak-atik pasangan bakal capres. Bahkan, ada usaha kompetitor politik dengan berbagai cara menggoyang keutuhan kolisi. Saya melihat hal demikian,” kata Najmuddin dikutip dari Republika, Kamis (24/8/2023).
Ia menyebut wacana menduetkan Ganjar dengan Anies juga sebagai psikowar politik kepada pihak-pihak tertentu. Tujuannya untuk mengubah peta percaturan politik jelang pendaftaran capres-cawapres ke KPU.
Lalu, lanjut Najmuddin, PDIP juga mencoba melihat respons dari lawan politik dengan menyebarkan wacana tersebut. Sebab kini, menurutnya, PDIP terkesan mulai ditinggalkan kawan-kawan koalisi pendukung Jokowi.
Melihat fenomena politik yang berlangsung di Indonesia pasca reformasi sangat dinamis. Di mana perubahan sikap aktor dan kubu politik tertentu bisa saja berubah dalam waktu sekejap.
Najmuddin menilai bisa saja wacana duet Ganjar-Anies terwujud bila tokoh-tokoh yang ada di lingkaran dua figur tersebut mencapai kesepakatan bersama. Tetapi, ada juga peluang wacana tersebut tidak akan terwujud, karena perbedaan cita-cita yang selama ini digaungkan PDIP dan partai-partai Koalisi Perubahan.
PDIP bersama Ganjar mengusung tema melanjutkan program Jokowi. Sedangkan, Koalisi Perubahan ingin adanya perubahan dalam pengelolaan pemerintahan akibat ketidakpuasan terhadap 10 tahun pemerintahan Jokowi.
“Namun duet Ganjar-Anies menurut saya agak sulit. Karena ideologi Koalisi Perubahan untuk Persatuan berbeda dengan koalisi PDIP. Semuanya adalah permainan politik dalam demokrasi,” ucap Najmuddin.
Sebelumnya, Ketua DPP PDIP Said Abdullah sangat bersyukur elektabilitas Ganjar Pranowo sebagai bakal capres kembali meningkat dalam survei Litbang Kompas. Menurutnya, kerja segenap kader PDIP berhasil diterima oleh rakyat.
Ia juga enggan meremehkan elektabilitas bakal capres dari KPP Anies Baswedan. Bahkan, tak segan ia membayangkan jika Ganjar dan Anies dapat bersatu menjadi satu kekuatan.
“Bagi kami, Anies Baswedan bukan kompetitor yang patut diremehkan, beliau dengan Ganjar adalah sosok calon pemimpin yang cerdas. Keduanya sama-sama dalam satu almamater, kampus terhebat di Indonesia, yakni Universitas Gadjah Mada,” ujar Said, Senin (21/8/2023).
“Apalagi jika keduanya bisa bergabung menjadi satu kekuatan, tentu akan makin bagus buat masa depan kepemimpinan nasional kita ke depan. Sama-sama masih muda, cerdas, dan enerjik,” sambungnya. [wip]