(IslamToday ID) – Jelang Pemilu 2024 semakin banyak masyarakat yang mengatakan pemerintahan Jokowi mirip dengan rezim Orde Baru (Orba) atau neo Orba. Hal itu juga diakui oleh peneliti politik identitas, konflik, dan kekerasan, Made Supriatma saat berbincang-bincang di YouTube Mojokdotco, Selasa (28/11/2023).
Made melihat kemiripan itu terungkap dari beberapa kategori atau variabel. “Saya sudah lama sekali ngomong itu. Dari variabel ekonomi, bagaimana dia membuat (kebijakan ekonomi), siapa yang menjadi pemenang dalam ekonomi gitu kan,” ungkapnya.
Selain itu, Made mengatakan banyak program-program Jokowi yang populis dimana hal seperti itu mirip dengan rezim Soeharto.
“Banyak program-program dia yang populis dengan kartu dan lain sebagainya. Soeharto juga banyak program-program populis, misal puskesmas, SD Inpres, pasar, dan lain sebagainya itu,” ujarnya.
Variabel lain yang ditemukan terkait dengan konsesi-konsesi terhadap dengan elite. Di era Jokowi konsesi ia berikan kepada elite khususnya dalam bidang pertambangan, industri-industri ekstraktif, dan infrastruktur.
Langkah tersebut mirip dengan era Orde Baru yang sama-sama tidak memperhitungkan eksesnya terhadap rakyat sipil. Made memberikan contoh nyata proyek-proyek yang hanya menguntungkan para elite global.
“Proyek-proyek strategis nasional itu hampir di semua tempat itu punya masalah, yang di Labuhan Bajo-lah, yang di dekat Bintan itu, bahkan di dekat kita di sini itu, di Wadas (Purworejo),” tuturnya.
Lebih lanjut, dalam variabel politik era Jokowi dan rezim Soeharto juga memiliki kesamaan yaitu tidak ada oposisi. “Secara politik gitu ya bagaimana dia memobilisasi, hampir tidak ada oposisi. Hanya ada dua oposisi yang itu pun sangat lemah, PKS dan Demokrat,” kata Made.
Selain itu, ia menekankan kebebasan berbicara masyarakat di era Jokowi dan Soeharto mengalami pembatasan. Di zaman Soeharto, sipil yang berani bersuara dihadapkan dengan militer. Kemudian, kalau di era Jokowi memiliki UU ITE yang akan menjerat siapapun jika berkomentar buruk tentangnya.
Namun, terdapat satu perbedaan mencolok antara rezim Jokowi dan Soeharto. Yaitu terkait dengan strategi dinasti yang sedang dilakukan keluarga Jokowi.
“Soeharto itu tidak pernah membiarkan anak-anaknya ikut terjun ke dalam politik. Hanya pada saat terakhir dia membolehkan Tutut untuk ikut cawe-cawe masuk Golkar (kemudian) jadi Menteri Sosial,” tegas Made.
Ia menyebut rezim Jokowi dengan segala intrik salah satunya strategi dinasti adalah neo Orde Baru plus-plus. Rezim ini, menurutnya, lebih hebat dari Soeharto. “Jauh lebih cerdas karena dia (Jokowi) tidak memakai senjata, tetapi dia pakai istilahnya manufacturing consent,” ujarnya.
Menurut Made, strategi rezim Jokowi berkuasa adalah dengan merepresi oposisi dan membangun sendiri narasi dengan bantuan buzzer atau influencer. Bahkan banyak buzzer yang dengan sukarela mendukung Jokowi tanpa meminta bayaran. [res]