(IslamToday ID) – Analis pertahanan, militer, dan intelijen Connie Rahakundini Bakrie menyamakan Presiden Jokowi dengan mantan Presiden Jerman Adolf Hitler dalam hal mempertahankan kekuasaan.
“Jangan marah ya presiden. Karena satu-satunya orang yang pernah melakukan pelanggaran demokrasi dengan model seenaknya begini, Hitler. Hitler itu melanggar konstitusi,” kata Connie dikutip dari YouTube Keadilan TV, Sabtu (3/2/2024).
Kesamaan ini, katanya, lantaran cara yang digunakan untuk memperpanjang kekuasaan yang dilakukan Jokowi dianggap sudah melewati batas etika. Bahkan apa yang dilakukan Jokowi terhadap Gibran bukan lagi sebagai politik dinasti.
“Lebih kacau dari politik dinasti. Kalau dinasti jelas raja sama anak-anaknya. Ini lebih parah,” ucapnya.
Connie lantas menyoroti kampanye yang dilakukan Jokowi. Ia memandang ini sebagai hal yang berbahaya.
“Dia memiliki dua tongkat kekuasaan di tangannya. Tangan kiri kekuasaan pemerintahan, satu lagi sebagai kepala negara. Itu kenapa seorang presiden yang harus dipegang adalah etika. Itu mengapa sepanjang sejarah, di Indonesia juga tidak ada presiden yang menjabat kemudian anaknya dia suruh running untuk jabatan presiden atau capres,” paparnya.
Belum lagi, Jokowi yang menurutnya dengan sengaja menyeret TNI-Polri untuk masuk dalam politik dengan terlibat dalam kampanye yang ia lakukan.
Connie lantas memberikan salah satu contoh ketika Jokowi memberikan pernyataan akan ikut berkampanye bagi salah satu paslon. Itu dilakukan dengan background jajaran TNI di mana terdapat pula Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD).
“Super etikanya sudah kebangetan karena masuk ke ranah lebih berbahaya, yaitu menarik-narik bukan TNI-nya mau masuk. Presiden sendiri sebagai panglima tertinggi menarik-narik tentara untuk berpolitik,” bebernya.
Padahal TNI-Polri jelas-jelas dilarang untuk ikut terlibat dalam politik ketika masih aktif.
“Gak boleh (tentara berpolitik) oleh UU No 34 Tahun 2004 dan lain-lain. Dari tahun 1998 itu direformasi, itu semua aturannya adalah TNI-Polri tidak boleh berpolitik,” jelasnya.
Sementara sebagai manusia, TNI-Polri merupakan makhluk politik yang menghapuskan atau meninggalkan hak politik dirinya sendiri untuk negara.
“Berarti presiden tidak menghormati para tentaranya apabila dia melakukan seperti itu. Sementara kalau Kepala Staf terjebak batman kalau waktu itu. Is by design,” pungkasnya. [ran]