(IslamToday ID) – Pengamat politik Citra Institute Efriza menilai kekalahan paslon Ganjar-Mahfud lantaran sikap angkuhnya elite PDIP. Partai besutan Megawati Soekarnoputri itu juga dinilai tidak mau belajar dari masa lalu yang pernah dikalahkan oleh Demokrat.
“PDIP tidak belajar dari masa lalu. PDIP pernah dikalahkan oleh Susilo Bambang Yodhoyono (SBY) karena sikapnya yang jumawa, arogan, tinggi hati,” kata Efriza dikutip dari YouTube Tribunnews, Sabtu (17/2/2024).
Sehingga saat Pilpres 2024 ini PDIP mendapatkan perolehan suara yang paling rendah, kata Efriza, karena masyarakat tidak menyukai sikap arogan yang ditunjukkan PDIP.
“Perlu dipahami masyarakat kita itu tidak suka orang arogan, masyarakat kita tidak suka orang yang sombong. Itu terbukti. Pak Prabowo dua kali bahkan tiga kali dia kalah tapi lihat saat ini, ketika dia mengubah sikapnya, dia mengubah perilakunya. Dia terpilih,” paparnya.
Menurutnya, apa yang saat ini diperoleh oleh PDIP merupakan bentuk hukuman masyarakat terhadap kesombongan PDIP yang selama ini selalu merasa sebagai pastai besar yang tidak terkalahkan. Ia lantas mencontohkan kesombongan PDIP melalui kata-kata Ganjar saat debat capres-cawapres yang terakhir.
“Apa yang dikatakan oleh Ganjar saat terakhir debat, itulah yang merusaknya. Dia malah bilang muka diktator, dia mengatakan orang yang otoriter, dia juga mengatakan kasus Trisakti. Inilah yang menggugah masyarakat untuk balik menghukum PDIP,” lanjutnya.
Ia juga menegaskan PDIP tanpa Jokowi bukan partai besar, karena elektabilitas PDIP meningkat setelah Jokowi menjadi kader. Majunya Jokowi sebagai presiden pada 2014 pun bukan karena kemurahan hati Ketum PDIP, namun lantaran hasil survei masyarakat yang tinggi.
“Kalau ditarik lagi 2014 PDIP itu tidak pernah mengajukan Jokowi tapi rakyat, hasil survei yang menggiring masuk dalam PDIP sehingga mereka mengajukan kadernya. Yang melatarbelakangi prestasi Jokowi saat menjadi walikota Solo,” ucapnya.
“Saat ini ketika Jokowi memang dengan quick count, membuktikan Jokowi seorang diri mampu mengalahkan satu organisasi parpol, kalau itu yang diperdebatkan dan selalu diperdebatkan dengan kata-kata siapa Jokowi kalau bukan tanpa PDIP,” pungkas Efriza. [ran]