(IslamToday ID) – Ahli IT yang juga dosen AI Ridho Rahmadi mengungkapkan aplikasi Sirekap selama ini tidak ada masalah dalam proses input suara, yang justru menjadi masalah adalah website KPU pemilu 2024.kpu.go.id yang menampilkan data perolehan suara ke publik.
“Konsep Sirekap sudah ideal, tetapi untuk kelas pemilu belum bisa disebut canggih atau di atas rata-rata. Namun ketika menuju hasil banyak bermasalah. Ini aneh, jadi tampaknya manipulasinya ada di web pemilu 2024.kpu. Yang menerima input itu betul dari Sirekap terlepas Sirekap itu lambat dan lain-lain. Itu hal teknis lain,” kata Ridho dikutip dari YouTube Novel Baswedan, Senin (26/2/2024).
Jadi, tutur Ridho, proses yang selama ini terjadi adalah hasil dari C1 diinput melalui Sirekap dan diantarkan ke publik melalui pemilu2024.kpu.
“Sirekap tidak ada masalah, jadi di sini (pemilu2024.kpu) bisa dimainkan sedemikian rupa, semaunya. Dan itu sistem informasi biasa dalam tanda kutip. Pemilu2024.kpu sendiri belum lama dirilis,” jelasnya.
Dari hal-hal tesebut, kata Ridho, menjawab mengapa banyak suara yang masuk ke aplikasi Sirekap melebihi kapasitas suara di TPS.
“Jadi sekarang yang kita harus hati-hati melihat ke pemilu2024.kpu. Itu enak sekali (cara kerjanya) dikirim satu (suara), saya tambahkan 10, ditampilkanlah 11,” jelasnya.
Politikus yang juga Ketua Umum Partai Ummat ini meyakini apabila memang ada permainan dalam perhitungan suara seperti yang ramai diperbincangkan.
“Di pemilu2024.kpu sejauh ini saya ada keyakinan di situlah algoritma itu diletakkan, bukan di Sirekapnya. Terima input dari Sirekap masuk algoritma ini. Ini jelas algoritma sifatnya menggunakan probabilitas, jadi bagaimanapun suaranya nanti ujung-ujungnya 50 sekian persen. Yang lain sekian persen-sekian persen,” bebernya.
“Nanti tinggal dipindah kolamnya mau di TPS mana, wilayahnya mana. Memang itu betul saya yakini proyek simulasinya seperti itu. Dalam benak saya seperti itulah cara bermainnya, cara memanipulasinya. Jadi berapapun yang masuk nanti, terus input itu pasti akan terus seperti itu. Yang berubah hanya angka digit total data masuk. Persentase akan tetap seperti itu. Saya yakin diatur minimal di 20 provinsi sesuai syarat,” paparnya.
Sementara, mengenai kesalahan sistem dalam website pemilu2024.kpu, menurut Ridho, lebih kepada unsur kesengajaan.
“Kesengajaan karena komputer itu baris pemrograman yang dibaca oleh komputer itu, salah huruf besar kecil meski huruf yang sama saja itu salah. Ini huruf yang sama apalagi kalau hasilnya sampai seperti itu pasti ada baris-baris tidak hanya sebuah kekhilafan. Rasanya jauh, sulit menjelaskan,” pungkasnya. [ran]