(IslamToday ID) – Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Soemitro Samadikoen mengatakan pentingnya koordinasi pemerintah dengan stakeholder termasuk petani dalam mengatasi persoalan stok dan lonjakan harga gula.
Menurutnya, harga gula yang tinggi saat ini sebetulnya hanya berlaku di pasaran, sebab faktanya ketika melakukan lelang harga gula hanya berkisar Rp 14.000-an. Situasi akan bertambah tidak menguntungkan bagi petani terlebih ketika mahalnya harga gula diintervensi dengan rencana impor gula.
“Itu yang jadi masalah bagi pemerintah. Harga gula yang naik saat ini biasanya langsung diintervensi dengan impor dan itu menjelang hari-hari di mana kita akan panen. Kalau mau ditambah lagi justru pada saat panen harga gula kita biasanya murah. Dan kalau saat ini di pasar harga gula mencapai Rp 18.000 per kilogram sebetulnya lelang kita hanya mencapai Rp 14.000-an,” katanya dikutip dari YouTube CNBC Indonesia, Ahad (24/3/2024).
Meski di pasaran harga gula tinggi, namun pihaknya mengaku stok gula dalam negeri aman. Bahkan di beberapa daerah sudah memasuki musim panen.
“Kita tahu beberapa waktu ini sudah dihembuskan stok gula kurang. Enggak, stok gula cukup, cuma pemerintah tidak pegang stok. Kalau hari ini dengan dalih stok gula kurang terus impor, maka bulan depan ini sudah masuk musim panen. Saat ini sudah ada yang menggiling, PT PTPN II di Sumatera sana. Kabarnya di Sulawesi juga sudah giling. Impor gula sebanyak 500.000 ton juga sudah mulai masuk,” bebernya.
Menurutnya, ada beberapa upaya yang bisa dilakukan pemerintah untuk kembali menurunkan harga gula di pasaran.
“Pemerintah bersama-sama stakeholder bisa. Kita pahami dulu masalahnya, jangan kita mau naikkan produksi kita, kita mau mekanisasi, gak bisa. Masalah kita di mekanisasi tidak sama dengan di Australia. Jadi harus dengan sistem dan strategi yang lain untuk meningkatkan produksi. Kita simpel saja, katanya pupuk sudah tersedia tapi kita cari pupuk susah,” bebernya.
Tak hanya persoalan pupuk, masalah yang dihadapi petani gula juga menyangkut kredit usaha rakyat (KUR). Menurutnya, banyak kendala yang menyebabkan petani tebu juga sulit mendapatkan kredit tersebut. Belum lagi bibit yang hingga kini juga belum ada kerja sama dengan pihak manapun. [ran]