ITD NEWS — Peristiwa perang antara Rusia-Ukraina memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2022. Hal ini terlihat naiknya pendapatan negara dari sektor ekstraktif seperti batubara dan kelapa sawit.
Direktur Center of Economics and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira mengingatkan hal tersebut dengan menjelaskan seebuah teori Dutch Disease atau Penyakit Belanda. Ia khawatir jika kelak sektor batubara tersebut akan berbalik arah dan melakukan PHK.
“Indonesia sedang mengalami Dutch Disease (Penyakit Belanda, krisis gas di Belanda),” ujar Bhima.
“Contoh (Dutch Disease) ada Perang Ukraina (membuat) harga batubara naik, positif buat Indonesia, tapi begitu krisis energinya selesai harga batubara rontok. Berapa jumlah orang yang di-PHK dari sektor pertambangan?,” imbuhnya.
Bhima secara tegas meningatkan bahwa sektor industri ekstratif tidak akan berumur lama. Oleh karenanya Indonesia harus kreatif, produktif dan inovatif..
“Kalau kita terus menerus menggali tanah air, jual tanahnya dan jual airnya, sektor pertambangan ekstraktif ini nggak akan membuat berlanjut lebih lama tumbuh positif”
“Jadi ini bonus-bonus yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala berikan kepada Indonesia sehingga dalam jangka pendek bisa tumbuh selamat dari resesi. Kita nggak bisa mengandalkan sumber daya alam terus menerus. Kita harus beralih menjadi negara produktif dan negara inovatif,” ucap Bhima.