ITD NEWS — Pengamat Sosial dan Politik, Rocky Gerung turut menyoroti bentrokan antara pekerja lokal dan tenaga kerja asing (TKA) China di PT Gunbuster Nickel Industry, perusahaan smelter nikel yang berada di Morowali Utara, Sulawesi Tengah.Insiden yang menewaskan 3 pekerja dan melukai 3 pekerja lainnya itu dinilai mirip dengan tragedi 15 Januari 1974 (Malari).
Rocky menjelaskan pada kerusuhan Malari ialah sikap antipati terhadap modal asing terutama dari Jepang. Saat itu mahasiswa, buruh dan rakyat menolak kedatangan Perdana Menteri (PM) Jepang Kakuei Tanaka siapa sangka aksi unjukrasa itu berakhir dengan kerusuhan sosial
“Kita tahu bahwa pada Januari 1974, ada antipati terhadap modal asing terutama Jepang, dianggap Jepang memonopoli industri Indonesia, karena di-back up oleh satu think tank (CSIS),” kata Rocky dilansir dari channel youtube Rocky Gerung Official, 16 Januari 2023.
“Sekarang hal yang sama terjadi dulu adalah rakyat, mahasiswa, vs Jepang sekarang rakyat, mahasiswa, buruh versus China,” tandasnya.
Rocky mengatakan bangsa Indonesia adalah bangsa yang terbuka dengan semua kalangan. Namun ketika ketidakadilan mereka rasakan maka akan memicu ketegangan sosial seperti yang terjadi di Morowali Utara.
“Jadi di latarbelakang (rusuhnya) Morowali itu ada ketegangan modal bukan sekedar kecemburuan etnis, China vs lokal. Di situ ada ketidakadilan yang dasarnya eksploitasi kapitalistik,” ujar Rocky.
Ia menambahkan berbagai perubahan sosial di Indonesia terjadi setelah rakyat merasa resah dengan situasi yang ada. Peristiwa Malari misalnya berhasil mengubah kebijakan rezim orde baru yang melahirkan pembangunan sekolah-sekolah dan puskesman inpres.
“Pola perubahan sosial di Indonesia, perubahan sosial selalu dimulai oleh keresahan rakyat. Asal-usul kekuasaan selalu datang dari keresahan rakyat,” ujar Rocky.