ISLAMTODAY ID— Kafur atau dalam bahasa latin dikenal dengan Dryobalanops aromatica merupakan tanaman endemik di kawasan Pantai Barat Sumatra. Keberadaanya menjadi salah satu gerbang pembuka sejarah perdagangan dunia di Nusantara.
Kafur diakui memiliki segudang khasiat mulai dari aromaterapi, kosmetik, hingga farmasi. Nilai jualnya yang sangat fantastis juga membuat siapa saja tertarik untuk memilikinya.
Pohon yang kini mulai langka itu pun menjadi salah satu magnet utama para saudagar asing singgah di Nusantara. Mereka berasal dari berbagai penjuru dunia terutama India, jazirah Arab, Persia, China hingga Eropa.
Kafur juga mengundang perhatian para ilmuwan muslim. Berbagai informasi tentang kafur terekam dalam sejumlah catatan kuno, literatur Arab.
Literatur-literatur klasik asal Arab banyak memberikan informasi menarik seputar kafur. Catatan para ilmuwan muslim era itu menjadi sumber informasi baru yang sangat penting.
Ciri Pohon Kafur
Salah seorang ilmuwan muslim, Ar-Raghib Al-Ashfahani misalnya, wafat pada tahun 502 Hijriyah mengungkapkan tentang ciri pohon kafur. Ia menjelaskannya dalam Kitab Muhadharat Al-Adibba wa Muhawarat Asy-Syu’ara wal Bulagha.
“Pohon kafur itu tinggi dan bercabang-cabang. Daunnya seperti perisai. Pohonnya juga berbonggol-bonggol,” kata Peneliti Sultanate Institute, Muhammad Furqon Faiz.
Asal-usul Kafur
Furqon juga menjelaskan tentang asal-usul kafur berdasarkan keterangan dari As-Saghani, ilmuwan muslim yang wafat di tahun 650 Hijriyah. Ia dalam kitabnya At-Takmilah wa Adz-Dzail wa As-Shilah li Kitab Taj Al-Lughah wa Shihah Al-‘Arabiyah mengatakan jika kafur ialah getah dalam kayu pohon kafur.
“Jika kayunya digerakkan maka kafur di dalamnya akan terdengar bergemeretuk. Kafur didapatkan dengan cara membelah kayu pohonnya,” ujar Furqon.
Hal senada juga diungkapkan Ibnu Manzur, seorang sejarawan muslim yang wafat pada 711 Hijriyah menuliskannya dalam Lisan Al-Arab. Ia menjelaskan tentang asal-usul kafur yang berasal dari getah pohon yang tumbuh di kawasan Hind.
“Kafur itu adalah getah pohon yang tumbuh di Hind,” ungkap Furqon.
Cara Memanen Kafur
Furqon menambahkan pula keterangan tentang cara memanen kafur. Salah satunya seperti yang ditulis oleh Ar-Raghib Al-Ashfahani.
Ar-Raghib Al-Ashfahani menyebutkan seseorang haruslah memanjat pohon dan membawa batu keras.
“Jika seseorang ingin memanen kafur maka ia akan membawa batu keras lalu memanjat pohon itu dan memukulinya. Jika dirasanya sudah retak maka ia akan mengambil tali dan mencabut pohon itu,” tutur Furqon.
Furqon menuturkan pula jika setiap pohon kafur akan menghasilkan tiga puluh bongkahan kafur atau tiga puluh man. Selain itu air pohon kafur juga bisa dipanen.
“Jika ingin menyadap air kafur maka pohon yang belum kering dipukul dengan kampak pada bagian bonggolnya,” terangnya.
Penulis: Kukuh Subekti