Takbir Bung Tomo, Penggugah Jihad Fie Sabilillah
“Dan kita yakin saudara-saudara. Pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita, sebab Allah selalu berada di pihak yang benar. Percayalah saudara-saudara. Tuhan akan melindungi kita sekalian. Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar! Merdeka!!!”
Demikianlah sepenggal orasi Bung Tomo dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.
——————————
Bung Tomo adalah salah satu tokoh berpengaruh dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Melalui orasinya, Bung Tomo menggugah semangat jihad.
Orasi hingga pekik takbir yang ia kumandangkan tidak bisa dilepaskan dari Fatwa Jihad yag dicetuskan Kiai Hasyim Asy’ari.
Orasi Bung Tomo memiliki makna yang sangat dalam. Seruan takbir Bung Tomo menyatukan kekuatan rakyat untuk melawan kezaliman saat itu.
Orasi lantang Bung Tomo juga memberikan keyakinan bahwa Allah Subhana wa ta’ala akan memberikan perlindungan dan kemenangan dalam pertempuran melawan penjajah.
Bung Tomo memang bukan seorang Santri, namun perjuangan mempertahankan kemerdekaan mengantarkannya menjadi seorang mujahid.
—————————–
Bung Tomo Sutomo lahir di 3 Oktober 1920 di Kampung Blauran, Surabaya.
Ayahnya, Kartawan Tjiptowijdjojo adalah seorang polisi di kotapraja dan pegawai di perusahaan ekspor impor Belanda.
Karena posisi ayahnya, Sutomo kecil berkesempatan mengenyam pendidikan di HIS dan MULO di Surabaya. Sutomo juga sempat melanjutkan sekolah ke HBS namun berhenti ditengah jalan.
Sutomo sangat tertarik dengan kepanduan. Pada usia 12 tahun, Sutomo bergabung dengan kepandungan bangsa Indonesia. Karir Sutomo dikepanduan cukup bersinar, diusia 17 tahun ia telah berhasil meraih tingkat Pandu Garuda. Dari sinilah Namanya mulai kekenal.
Selain aktif di Kepanduan, Bung Tomo juga seorang jurnalis hebat. Tulisannya kerap menghiasi berbagai media massa saat itu, seperti di Soewara Oemoem, Ekspres, Pembela Rakyat dan Poestaka Timoer.
Pada masa pendudukan jepang ia menjadi wakil pemimpin redaksi Kantor berita Domei.
Aktivitas Bung Tomo sebagai wartawan kantor berita Jepang, Domei, membuka koneksinya dengan Pondok Pesantren Tebuireng.
Ketika kondisi politik Surabaya mulai memanas, Bung Tomo berangkat ke Jombang, untuk sowan dan meminta nasehat kepada Kiai Hasyim.
Dari pertemuan inilah Bung Tomo tergerak untuk menutup setiap orasinya dengan pekik takbir
Hubungan antara Bung Tomo dengan keluarga Tebuireng menguat manakala dibentuk Gerakan Rakyat Baru.
Keterlibatan Bung Tomo dalam badan ini adalah berkat rekomendasi dari KH A Wahid Hasyim dan Bung Hatta.
Bung Tomo tak pernah meninggalkan nasehat kyai dalam perjuangannya.
Saat menghadapi agresi militer Belanda, Bung tomo dan Jendral Soedirman senantiasa menyampaikan kondisi perjuangan dan meminta fatwa dari Kyai Haji Ashyim Asy’ari.
KH A. Karim Hasyim dalam “Kiai Hasjim Asjari Bapak Umat Islam Indonesia”, memberikan kesaksian jika Bung Tomo dan Jenderal Sudirman beberapa kali bertandang ke Tebuireng.
Simak video ini selengkapnya