(IslamToday ID) – India menuduh tentara China telah mempersiapkan serangan berbahaya terhadap tentaranya di perbatasan Himalaya. Sebab sebelum bentrok terjadi, tentara China telah mendirikan tenda di wilayah perbatasan India, membendung sungai, membawa mesin-mesin, dan menyiapkan batu dan kayu yang dililit dengan kawat berduri.
Insiden pada Senin malam, di mana 20 tentara India tewas dan 76 lainnya luka-luka, adalah kekerasan terburuk antara India dan China selama 45 tahun. China belum mengumumkan apakah mereka menderita korban.
10 Tentara India yang dilaporkan ditangkap oleh tentara China saat terjadi bentrok, sudah dibebaskan pada Kamis malam. Namun China menyangkal telah menangkap tentara India.
Kedua belah pihak terus saling menyalahkan atas bentrokan yang terjadi. China mengklaim kedaulatan atas Lembah Galwan di Ladakh, tempat bentrokan itu terjadi dan menuduh pasukan India tiga kali menyeberang ke wilayahnya.
“Tanggung jawab sepenuhnya berada di pihak India,” kata Zhao Lijian, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Sabtu (20/6/2020), seperti dikutip di The Guardian.
India menuduh China melakukan tindakan yang direncanakan di wilayah perbatasannya. Gambar satelit Lembah Galwan yang diambil oleh Planet Labs, sebuah perusahaan periklanan, pada hari-hari sebelum bentrokan itu tampak menunjukkan peningkatan aktivitas di pihak China, termasuk pembendungan sungai dan pergerakan pasukan dan mesin yang dekat dengan wilayah yang disengketakan.
Lembaga Kebijakan Strategis Australia mengatakan analisisnya terhadap citra satelit menemukan ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa pasukan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China telah secara teratur menyeberang ke wilayah India di rute patroli rutin.
Para pejabat India mengatakan para komandan dari pihak India dan China telah bertemu pada 13 Juni dan sepakat untuk mundur 2 kilometer dari lembah Galwan dan daerah Danau Pangong.
Tetapi bukannya mundur, kata para pejabat, pasukan China malah mendirikan tenda di wilayah yang disengketakan, dekat dengan yang dikenal sebagai Patroli Point 14. Mereka mengatakan 16 Resimen Bihar India, yang dipimpin oleh Kolonel Santosh Babu, membongkar tenda-tenda itu sekaligus menggiring pasukan PLA untuk mundur.
Menurut laporan surat kabar Hindu, ketika Babu dan pasukannya mendekati pihak China agar mau mundur, mereka malah disergap oleh pasukan PLA dari tebing curam. Pasukan China diduga membuka bendungan sungai untuk menggoyahkan tentara India, kemudian menyerang dengan batu dan senjata berduri.
Pasukan India kemudian membalas, dan kedua belah pihak memanggil bala bantuan. Sampai akhirnya ada sekitar 600 prajurit datang dan terjadi bentrokan dengan tangan kosong dalam kondisi gelap dan dingin. Tidak ada suara tembakan.
Ada laporan bahwa tentara India tidak bersenjata. “Mari kita luruskan fakta. Semua pasukan yang bertugas di perbatasan selalu membawa senjata, terutama ketika meninggalkan pos. Orang-orang di Galwan pada 15 Juni melakukannya,” kata Menteri Urusan Luar Negeri India, Subrahmanyam Jaishankar.
Karena kondisinya berbahaya, banyak mayat tentara India tidak dapat diambil sampai pagi berikutnya. Pengambilan mayat dilakukan dengan helikopter oleh pasukan dan polisi perbatasan. Mereka yang terluka dibawa ke rumah sakit di Kota Ladakh.
India dan China telah sepakat untuk melanjutkan proses dialog yang pertama pada 6 Juni. Dialog berlangsung melalui saluran politik dan diplomatik. Para jenderal Angkatan Darat dari kedua belah pihak juga telah melakukan perundingan tiga hari di Patroling Point 14. Namun, tentara India dan angkatan udara di Ladakh tetap dalam siaga tinggi.
Perdana Menteri India, Narendra Modi mengadakan pertemuan dengan semua pemimpin partai politik pada Jumat malam untuk membahas situasi tersebut.
China kembali mengklaim atas Lembah Galwan. “Berdasarkan prinsip hak-hak bersejarah, China memiliki yurisdiksi atas wilayah lembah,” kata Zhang Yongpan, seorang peneliti di Institute of Chinese Borderland Studies, pada Global Times, Kamis.
Dalam sebuah tajuk rencana yang diterbitkan pada hari Jumat, Global Times mengklaim bahwa tentara India tewas karena berada di suhu yang sangat dingin, bukan karena dipukuli atau didorong jatuh ke jurang.
“China dan India selalu memiliki pemahaman yang berbeda tentang LAC (Garis Kontrol Aktual), tetapi untuk mengendalikan situasi di perbatasan, tidak ada negara yang bertindak lebih dulu,” kata editorial media itu.
“Pasukan India melanggar kesepakatan. Kemudian, 17 tentara India tewas karena tidak kuat berada di suhu yang sangat dingin setelah terluka.” [wip]