(IslamToday ID) – Media lokal Brasil menyatakan 11 ton peralatan medis untuk mengatasi pandemi Covid-19 di Brasil dari China hingga kini belum sampai. Padahal, peralatan medis sumbangan dari China sejak April tersebut sangat dibutuhkan. Diduga ini terjadi karena adanya masalah diplomatik.
Ini adalah salah satu dari banyak pengiriman yang menunggu izin birokrasi. Padahal Brasil sangat membutuhkan ventilator dan peralatan perlindungan diri untuk melawan infeksi dan kematian akibat virus corona.
Dalam hitungan minggu, kasus infeksi yang dikonfirmasi di negara Amerika Selatan itu melonjak hingga hampir 1 juta, dengan jumlah kematian mencapai 50.000.
Dikutip di Anadolu Agency, Sabtu (20/6/2020), pandemi telah menewaskan lebih dari 454.000 orang di seluruh dunia, dengan jumlah total infeksi lebih dari 8,5 juta.
Sejak berhasil mengendalikan wabah corona, China telah mengirim pasokan dan peralatan medis ke beberapa negara di dunia seperti Chili, Kolombia, Venezuela, dan Argentina di Amerika Selatan.
Awal April, Menteri Kesehatan Brasil saat itu, Luiz Henrique Mandetta, mengatakan upaya negara untuk membeli 15.000 ventilator dari China gagal dan pemerintah sekarang sedang menjajaki opsi untuk memproduksi sendiri di dalam negeri.
“Secara praktis semua pembelian peralatan kami di China tidak dikonfirmasi,” katanya pada konferensi pers, seminggu sebelum ia dipecat oleh Presiden Brasil Jair Bolsonaro karena perbedaan dalam menanggulangi penyakit itu.
Gubernur Brasil telah menggunakan cara-cara yang tidak terpikirkan untuk mengimpor peralatan medis yang sangat dibutuhkan, menghindari rute reguler melalui Eropa dan AS, dan bahkan melewati pemerintah federal.
Pekan lalu, 650 ventilator yang diproduksi Turki telah sampai di kota terbesar dan paling parah di Brasil, Sao Paulo. Gelombang pertama dari total 1.500 ventilator yang dipesan itu, memudahkan negara dalam menanggulangi pandemi Covid-19.
Pertengkaran Diplomatik
Awalnya, banyak yang berpikir bakal kesulitan mencari pasokan peralatan medis karena terjadi persaingan global di masa awal pandemi. Namun China malah merespons untuk menjawab retorika anti-China pemerintah Brasil.
Sebelumnya, anggota kongres yang juga putra Presiden Brasil, Eduardo Bolsonaro menyebut virus corona sebagai virus China. Pernyataan Eduardo itu langsung ditanggapi oleh Li Yang, Konsulat Jenderal China di Rio de Janeiro, bahwa China tidak ingin lagi memasok Brasil peralatan medis secepatnya.
Li Yang mengecam putra presiden yang dianggap sebagai penggemar Presiden AS Donald Trump. Ia menuduh anggota kongres muda itu telah dicuci otaknya oleh AS.
Ia melanjutkan dengan mengatakan jika ada negara yang bersikeras menjadi musuh China, maka China akan menjadi musuhnya yang paling canggih.
Di waktu bersamaan, Kedutaan Besar China di Brasil mengecam sebuah tweet milik Menteri Pendidikan Brasil Abraham Weintraub, yang menuduh China mengambil untung dari pandemi.
Weintraub dalam tweetnya yang sangat rasis menghubungkan virus corona dengan rencana mendominasi dunia ala Beijing, sambil mengejeknya.
Terlepas dari ketegangan terkait virus corona antara Brasil dan China, keduanya adalah anggota blok BRICS (Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan). Mereka adalah mitra dagang yang kuat, terutama di era perang dagang yang pahit antara AS dan China.
Di Amazon Brasil misalnya, China telah menjadi pembeli, pedagang, pemberi pinjaman dan pembangun nomor satu dalam beberapa tahun terakhir untuk pemenuhan kebutuhan daging sapi dan kedelai.
Ada dua kepentingan yang bisa dipertemukan antara Brasil dan China. Presiden Jair Bolsonaro yang berencana untuk membuka hutan besar-besaran untuk kegiatan ekonomi dengan mengorbankan lingkungan, serta China yang bercita-cita untuk memanfaatkan lebih banyak sumber dayanya dapat dengan mudah mendorong kedua negara mengubur ego untuk kebaikan yang lebih besar.
Seperti orang bijak China Konfusius mengatakan, ketika kemarahan meningkat, pikirkan konsekuensinya. Kata-kata bijak inilah yang mungkin akan diindahkan oleh kedua negara. [wip]