(IslamToday ID) – Washington menyatakan memiliki bukti foto yang menunjukkan bahwa Moskow mengirim jet tempur ke Libya untuk membantu pemberontak Khalifa Haftar.
Untuk kedua kalinya dalam beberapa minggu terakhir, Amerika Serikat (AS) menuduh Rusia mengerahkan jet tempur di Libya untuk mendukung Haftar.
Namun, Rusia dengan cepat menyangkal cerita itu. Moskow mengatakan bahwa pesawat-pesawat Rusia yang disamarkan yang terdiri dari MiG-29 tidak ada di sana. Dan bukti gambar pesawat-pesawat di pangkalan udara al-Jufra yang terletak di selatan Sirte tidaklah cukup di mata Rusia. Menurut sumber-sumber AS, ada sebanyak delapan jet tempur.
AS sebelumnya telah membuat tuduhan serupa, tetapi Rusia telah membantahnya dengan mengatakan bahwa mereka tidak mengirim jet ke Libya. Kali ini, Komando Afrika AS (AFRICOM) mengumumkan bahwa ia memiliki bukti foto sebuah pesawat Rusia yang lepas landas dari Jufra di Libya tengah, dan MiG-29 juga difoto beroperasi di sekitar kota pesisir Sirte.
“Ada kekhawatiran pesawat Rusia ini diterbangkan oleh tentara bayaran (perusahaan militer swasta) PMC non-negara yang tidak berpengalaman dan tidak mematuhi hukum internasional. Yaitu mereka tidak terikat oleh hukum tradisional konflik bersenjata,” kata Bradford Gering, Direktur Operasi AFRICOM seperti dikutip di TRTWord, Sabtu (20/6/2020).
“Rusia terus mengambil kebijakan strategis di sisi selatan NATO dan ini mengorbankan nyawa warga Libya yang tidak bersalah,” tambahnya.
Insiden itu terjadi berminggu-minggu setelah AFRICOM mengklaim bahwa Rusia telah menerbangkan setidaknya 14 MiG-29 dan beberapa Su-24 ke Libya melalui Suriah Mei lalu. Seperti diketahui Rusia dan pasukannya mendukung pemimpin rezim Suriah Bashar al-Assad.
Bulan lalu, tuduhan itu dibantah oleh majelis rendah parlemen Rusia, dan seorang anggota komite pertahanannya menyatakannya sebagai berita palsu.
Rusia membantah beberapa laporan bahwa negara itu mengirim persenjataan berat, termasuk jet tempur, untuk meningkatkan pengaruh Haftar di Libya.
Dukungan untuk Haftar dan Tentara Bayaran
Ketika laporan keterlibatan Rusia di Libya berselang, Kremlin mulai menggunakan proxy militer swasta dalam konflik. Duta besarnya membantah bahwa Rusia berniat mendirikan pangkalan atau mengerahkan pasukan Aerospace untuk misi anti-terorisme di Libya.
Namun pada akhir 2018, muncul kecurigaan bahwa Rusia mengirim pasukan ke negara yang dilanda perang. Peran Grup Wagner, organisasi tentara bayaran Rusia di Libya, telah menarik perhatian internasional. Sebuah video muncul menunjukkan Yevgeny Prigozhin, pemilik organisasi tentara bayaran Wagner, menghadiri negosiasi antara Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu dan Haftar.
Menurut beberapa laporan, Grup Wagner terkait dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Kehadiran kelompok itu pertama kali dilaporkan di Ukraina timur, tempat tentara bayarannya bertempur bersama pasukan pro-Rusia. Mereka memberontak melawan pemerintah Eurosentrik Ukraina.
Dipimpin oleh Yevgeny Prigozhin, yang juga dikenal sebagai “Penjual Hotdog” dan “Koki Putin” karena memiliki kontrak katering dengan Kremlin, Grup Wagner telah mendapatkan ketenaran sebagai garis depan prokxy untuk perang Putin di Timur Tengah dan Eropa.
Grup Wagner telah mulai mengerahkan tentara bayaran di garis depan perang Libya setelah intervensi militer Rusia yang menentukan di Suriah. Di Suriah ratusan tentara bayaran Wagner dilaporkan tewas saat bentrok dengan pasukan AS saat mereka berusaha untuk merebut kilang minyak di Suriah pada tahun 2018.
Rusia berulang kali mengatakan tidak membantu Haftar pada 2019. Namun hanya sehari kemudian, pada 7 April, Rusia memblokir pernyataan Dewan Keamanan PBB yang mendesak pasukan Haftar untuk berhenti menyerang Tripoli. Rusia bersikeras bahwa pernyataan PBB itu mendesak semua pasukan semua negara untuk berhenti berperang. Felgenhauer melihat langkah itu sebagai tanda jelas dukungan diam-diam Rusia untuk Haftar.
Rusia pertama kali menjadi terkenal di Libya pada September 2019 setelah mengerahkan tentara bayarannya di garis depan Tripoli untuk mendukung Haftar. Ini memicu kekhawatiran Amerika Serikat dan Eropa karena Kremlin akhirnya ikut terlibat ke dalam perang saudara di Libya. [wip]