(IslamToday ID) – Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu bakal nekat akan melaksanakan program aneksasi atau mencaplok bagian-bagian Tepi Barat termasuk Lembah Jordan pada 1 Juli 2020. Rezim Zionis tersebut mengabaikan peringatan internasional bahwa aneksasi akan memicu konflik besar.
Keputusan Netanyahu itu keluar setelah kabinet pemerintah Israel menggelar pertemuan pada hari Minggu. Ia mengatakan Israel akan menerapkan kedaulatan hingga 30 persen dari Tepi Barat, yang meliputi permukiman Yahudi dan tanah pertanian Lembah Jordan yang subur, mulai 1 Juli.
Negara-negara Arab sudah memperingatkan langkah itu akan kembali menimbulkan kekerasan dan mengguncang Timur Tengah.
Namun, para pendukung Netanyahu mengatakan aneksasi itu akan memperkuat kedaulatan Israel dan memperkeras tameng keamanannya terhadap terorisme dan agresi Iran. Yordania, Mesir, Uni Emirat Arab (UEA), dan Arab Saudi, semuanya dengan tegas menentang aneksasi.
Para pemimpin Palestina telah lama berharap Tepi Barat, wilayah Yordania untuk Palestina yang diduduki oleh Israel setelah perang Arab-Israel 1967, akan membentuk bagian utama dari negara masa depan mereka dengan Yerusalem Timur sebagai ibukotanya.
Beberapa negara Eropa mengancam akan menjatuhkan sanksi terhadap Israel jika Netanyahu bergerak maju dengan rencana aneksasinya.
Beberapa analis mengatakan mereka tidak akan terkejut jika Netanyahu akan nekat, karena sudah tahu bahwa Presiden AS Donald Trump akan mendukungnya. Netanyahu juga menyadari momen seperti itu akan segera hilang jika Trump kalah dalam pemilu AS November mendatang.
“Aneksasi Tepi Barat oleh orang-orang bakhil Israel, sayangnya, adalah langkah logis berikutnya dalam lintasan panjang pendudukan dan pemukiman,” kata Joshua Landis, Kepala Pusat Studi Timur Tengah di Universitas Oklahoma.
“Garis panjang presiden Amerika Serikat telah dikalahkan oleh perdana menteri Israel untuk membawa kami ke titik ini,” ujar Landis kepada The Washington Times, Senin (29/6/2020).
Dia menambahkan bahwa kemungkinan Palestina akan dirugikan, dan prediksi akan datangnya malapetaka akan terjadi adalah hal yang berlebihan.
“Saya tidak percaya bahwa aneksasi akan melepaskan neraka di seluruh wilayah. Sebagian besar orang Arab merasa putus asa tentang masalah Palestina,” ujarnya.
“Israel telah menjadi begitu kuat, memindahkan begitu banyak warganya ke tanah Palestina, dan orang-orang Arab begitu lemah dan terpecah, sehingga orang-orang Arab putus asa bahwa aneksasi dapat dihentikan.”
Untuk memenangkan pemilu pada bulan Maret lalu, Netanyahu bersumpah kepada blok politik sayap kanan Israel bahwa dia akan maju dengan aneksasi besar pada 1 Juli.
Sumpahnya datang berbulan-bulan setelah pemerintahan Trump meluncurkan peta jalan baru untuk perdamaian Timur Tengah yang dijuluki sebagai “Kesepakatan Abad Ini”. Proposal rancangan pemerintah Trump itu menyatakan bahwa Washington bersiap untuk mengakui kontrol Israel atas bagian-bagian utama Tepi Barat.
Namun, sikap pemerintahan Trump mulai terpecah dalam masalah ini. Seorang pejabat senior Gedung Putih mengatakan pada hari Kamis bahwa belum ada keputusan akhir pada langkah selanjutnya untuk menerapkan peta jalan damai Timur Tengah yang dibuat Trump. [wip]