(IslamToday ID) – Indonesia masih berkomitmen untuk menjalankan kesepakatan 2018 terkait pembelian jet tempur Su-35 buatan Rusia meskipun ada ancaman sanksi dari AS. Hal itu diungkapkan oleh Duta Besar Indonesia di Moskow, Mohamad Wahid Supriyadi.
“Ini masih berlangsung,” kata Supriyadi ketika ditanya tentang status kesepakatan itu seperti dikutip di Sputniknews, Sabtu (25/7/2020).
Ia mengatakan sebagai negara merdeka, Indonesia memiliki hak untuk membeli persenjataan militer dari siapapun sesuai kebutuhan.
“Kami memahami ada kekhawatiran dari negara tertentu, tetapi kami adalah negara yang merdeka. Kami membeli peralatan militer dari banyak negara. Kami bisa mendapatkannya dari AS, dari Eropa, juga dari Rusia. Terserah kepada kami untuk memutuskan,” ungkap Supriyadi.
Sesuai kesepakatan sebesar 1,1 miliar dolar AS, Rusia akan mengirimkan 11 pesawat tempur Su-35 ke Indonesia. Menurut Duta Besar, Jakarta belum membatalkan perjanjian tersebut.
Kantor berita Bloomberg mengutip sumber-sumber dalam pemerintahan Trump mengatakan, Maret lalu AS mengancam sanksi agar Indonesia meninggalkan kesepakatan dengan Rusia itu. Terlepas dari klaim itu, duta besar mengatakan bahwa kesepakatan itu masih berlaku.
Membeli Banyak Helikopter Mi-17
Kementerian Pertahanan Indonesia saat ini sedang mempertimbangkan kemungkinan pembelian tambahan helikopter militer Mi-17 buatan Rusia.
“Angkatan bersenjata Indonesia juga menggunakan 12 helikopter Rusia Mi-17B5 dan 5 Mi-35. Sebuah proposal untuk pembelian lebih lanjut helikopter Mi-17B5 saat ini sedang dalam proses di Kementerian Pertahanan Indonesia,” ungkap Supriyadi.
Baik Jakarta maupun Moskow juga bekerja sama untuk mematuhi kesepakatan 2019 untuk pengiriman tank buatan Rusia ke Indonesia.
“Pada tahun 2019, sebuah kontrak diselesaikan untuk 43 tank BMP-3F dan BT-3F. Nilai kontraknya adalah 175 juta dolar AS. Proses pelaksanaan kontrak sedang berlangsung,” katanya.
Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto mengunjungi Moskwa untuk menghadiri Parade Kemenangan yang dijadwal ulang pada 24 Juni, untuk memperingati kemenangan Nazi Jerman dalam Perang Dunia II.
Selama kunjungannya, Prabowo mengadakan pembicaraan dengan Wakil Menteri Pertahanan Rusia, Kolonel Alexander Fomin. Kedua pihak membahas kemungkinan pasukan Indonesia untuk mengikuti pelatihan di Rusia.
“Menteri pertahanan memperjelas ketika dia bertemu dengan Wakil Menteri Pertahanan (Rusia) pada 23 Juni, hanya sehari sebelum pawai, bahwa dia mendukung pengiriman personel militer untuk pelatihan dan pendidikan di Rusia,” kata Supriyadi.
Pada bulan Februari, Supriyadi mengatakan proposal sedang diajukan untuk pelatihan militer Indonesia yang direncanakan dilakukan akhir tahun ini, karena terkendala dengan pandemi corona.
Listrik Tenaga Nuklir Pertama
Supriyadi mengatakan saat ini proposal terperinci terkait pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir pertama di Indonesia yang bekerja sama dengan perusahaan nuklir Rusia, Rosatom sedang dibahas di Jakarta.
“Rosatom sudah menyusun proposal secara rinci tentang pendirian pembangkit listrik tenaga nuklir pertama di Indonesia. Dan kami sudah mengirimkannya, karena akan ditangani oleh berbagai kementerian di Indonesia,” katanya.
Menurutnya, lokasi pembangkit listrik tenaga nuklir itu akan dibangun di wilayah Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia.
“Setidaknya ada satu provinsi, Kalimantan Barat, yang siap menjadi tuan rumah pabrik (tenaga nuklir) pertama. Gubernur telah menyebutkan bahwa mereka siap untuk memiliki pabrik pertama di Indonesia,” jelas Supriyadi.
Pada tahap ini, diskusi antara Rosatom dan pejabat di Jakarta masih berlangsung, meskipun ada gangguan sedikit yang disebabkan oleh pandemi corona. “Tetapi prosesnya terus berlanjut,” pungkas Supriyadi. [wip]