(IslamToday ID) – China kembali menggelar latihan perang untuk putaran ketiga di wilayah yang disengketakan, Laut China Selatan. Latihan itu pun dikhawatirkan Taiwan bakal menjadi sumber konflik lintas-Selat Taiwan.
Surat kabar South China Morning Post (SCMP) melaporkan latihan tembak-menembak tiga hari Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) berlangsung hingga Rabu (30/9/2020) di dekat Kepulauan Paracel yang disengketakan di Laut China Selatan.
Ini adalah ketiga kalinya tahun ini PLA China mengadakan latihan tempur di Laut China Selatan, wilayah yang jadi pemantik ketegangan antara China, Amerika Serikat (AS), dan negara-negara pengklaim wilayah tersebut.
Kepulauan Paracel yang disengketakan, yang oleh China disebut Kepulauan Xisha, diduduki oleh Beijing pada tahun 1974. Namun, kepulauan itu juga diklaim oleh Taiwan dan Vietnam.
Sebelumnya, PLA menggelar latihan tempur pada 1 Juli dan 18 Juni, yang memicu kecaman dari Vietnam dan AS. AS tidak ikut mengklaim wilayah perairan itu, namun menuntut kebebasan bernavigasi dengan alasan area itu merupakan wilayah perairan internasional.
Sedangkan Hanoi menyalahkan Beijing yang dianggap melanggar kedaulatan Vietnam di Laut China Selatan.
Kekhawatiran pecahnya perang di sekitar Laut China Selatan disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu. Ia menuduh China meningkatkan penindasan diplomatik dan ancaman militer yang dapat menyebabkan konflik militer di Selat Taiwan.
Joseph mengatakan kepada Komite Pertahanan Luar Negeri dan Nasional badan legislatif negara pulau itu, yang secara lokal dikenal sebagai Legislatif Yuan, bahwa kapal Angkatan Laut PLA telah terdeteksi di dekat perbatasan Taiwan, sedangkan jet-jet tempurnya sering memasuki zona identifikasi pertahanan udara Taiwan (ADIZ), dan bahkan sesekali melewati garis tengah Selat Taiwan.
Taiwan telah mengeluhkan manuver jet-jet tempur China setidaknya tujuh kali antara 16 dan 24 September. Jet-jet tempur PLA pada awal bulan ini berputar-putar di atas Selat Taiwan ketika seorang pejabat tinggi AS melakukan kunjungan ke Taipei.
China mengklaim Taiwan sebagai provinsi yang memisahkan diri, sementara Taipei bersikeras pada kemerdekaannya sejak 1949.
Apa yang disebut garis tengah di Selat Taiwan ditarik oleh AS ketika menandatangani Perjanjian Pertahanan Bersama dengan Taiwan pada tahun 1954. “Orang Taiwan dapat melihat dan merasakan bahwa ketegangan terus meningkat,” kata Joseph seperti dikutip dari Taiwan News.
Merujuk pada kemungkinan bantuan AS dalam konflik militer antara Taipei dan Beijing, diplomat Taiwan itu mengatakan, “Undang-Undang Hubungan Taiwan hanya menyatakan AS akan membantu Taiwan dalam kemampuan pertahanannya.”
“Konflik antara Taiwan dan China tidak akan menjadi perang proxy karena Taiwan adalah negara yang berdaulat dan merdeka,” imbuhnya ketika ditanya oleh komite apakah Taiwan akan ikut berperang dalam perang AS melawan China jika terjadi konflik. [wip]