(IslamToday ID) – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menegaskan pihaknya akan terus melanjutkan operasi militer untuk menghabisi kelompok teror atau milisi YPG/PKK di wilayah perbatasan bagian selatan Turki dan Suriah.
Menurut Erdogan, Turki akan tetap aktif di darat dan melanjutkan operasinya sampai stabilitas keamanan di Turki selatan yang berbatasan dengan Suriah dapat terjamin.
Tidak hanya itu, ia juga menegaskan Turki akan menghapus semua zona teror yang saat ini dikuasai oleh milisi YPG/PKK yang berafiliasi dengan ISIS di Suriah jika negara lain gagal memenuhi janji mereka.
Untuk diketahui, pernyataan Erdogan itu mengarah pada Amerika Serikat (AS) yang belangan santer dikabarkan telah memberikan bantuan terselubung kepada kelompok teror YPG/PKK di Suriah.
“Kami akan menggagalkan upaya mereka untuk membangun koridor teror di sepanjang perbatasan kami. Turki juga menunjukkan kepada saudara-saudara Suriah bahwa mereka tidak sendirian,” kata Erdogan seperti dikutip dari Anadolu Agency, Ahad (4/10/2020).
Perlu dicatat, pemerintah Turki sejak tahun 2016 telah meluncurkan tiga operasi anti-teror yang berhasil melintasi perbatasannya di Suriah utara untuk mencegah masuknya milisi dari kelompok YPG/PKK ke wilayah perbatasan Turki.
Tiga operasi militer untuk menghabiskan kelompok Partai Kurdistan itu adalah Operasi Perisai Efrat yang dilakukan pada tahun 2016, Operasi Cabang Zaitun 2018, dan Operasi Mata Air Perdamaian 2019.
Operasi tersebut telah membebaskan wilayah tersebut dari milisi YPG/PKK dan Daesh/ISIS, sehingga memungkinkan pengungsi Suriah untuk kembali ke rumah-rumah mereka.
Erdogan menekankan bahwa Ankara tidak akan pernah menerima tindakan apapun yang dapat menyebabkan tragedi kemanusiaan lainnya di wilayah Idlib, Suriah.
Diberitakan sebelumnya, baru-baru ini pihak militer Suriah mengungkapkan bahwa AS telah berada di belakang pasukan milisi YPG/PKK yang berafiliasi dengan ISIS di Suriah.
AS dituding telah memberikan bantuan peralatan perang kepada kelompok teror yang menjadi musuh bebuyutan Turki sejak tahun 1970 itu. Tidak tanggung-tanggung, pemerintahan Trump dikabarkan telah memberikan bantuan berupa alat pendeteksi bom, pemindai sidik jari, hingga alat pelacak atau radar dengan kisaran harga mencapai 400 juta dolar AS. [wip]