(IslamToday ID) – Aparat kepolisian Perancis menangkap presiden dari organisasi amal muslim BarakaCity, Idriss Sihamedi dalam sebuah penggerebekan di rumahnya.
Menurut pihak BarakaCity, Sihamedi dipukuli dengan kejam, diborgol dengan paksa dan dihina. Istrinya tidak diperbolehkan memakai hijab selama kejadian tersebut, dan anak-anak mereka diancam serta disuruh tetap mengangkat tangan.
“Idriss dipukuli habis-habisan oleh petugas polisi yang menempelkan kepalanya ke lantai ketika dia sudah tidak berdaya dan mau diajak bekerja sama,” sebut BarakaCity seperti dikutip dari TRTWorld, Jumat (16/10/2020).
Penggerebekan itu terjadi setelah Sihamedi dikecam oleh banyak pihak di Perancis. Ini termasuk Menteri Dalam Negeri, Gerald Darmanin karena sangat vokal terhadap seorang pelaku Islamophobia yang bekerja untuk Charlie Hebdo.
Sihamedi juga disebut mencoba mengatur penentangan terhadap undang-undang separatisme baru Presiden Perancis, Emmanuel Macron. Menurut para kritikus, ini menargetkan Islam dan muslim.
Sihamedi ditangkap atas tuduhan pelecehan di Twitter setelah dia mengungkapkan informasi pribadi tentang mantan jurnalis, Zineb El Rhazoui, yang mengajukan keluhan terhadapnya.
Sementara itu, Darmanin baru-baru ini juga menuduh Sihamedi mendukung terorisme sebelum menghapus tweetnya.
Beberapa pekan lalu, Macron mengumumkan undang-undang yang melarang separatisme agama. Ini bertujuan untuk membebaskan Islam di Perancis dari pengaruh asing.
Macron menguraikan langkah-langkah baru untuk membela Republik dan nilai-nilainya, serta memastikannya menghormati janjinya tentang persamaan dan emansipasi.
Langkah-langkah untuk memerangi Islamisme radikal dan terorisme termasuk memberi pejabat lokal kekuatan hukum ekstra untuk memerangi ekstremisme, sambil menginvestasikan uang untuk pendidikan (terutama budaya dan peradaban Islam), dan menangani masalah sosial lainnya termasuk perumahan, serta kemiskinan.
Aktivis Perancis terkemuka, Marwan Muhammad mengatakan di Twitter bahwa Macron sedang bermain api. “Dengan menggunakan metode yang memalukan dan tidak proporsional ini, Anda menciptakan situasi eksplosif yang tidak dapat Anda kendalikan lagi. Untuk menabur ketakutan, penghinaan dan ketidakpercayaan, apa yang Anda coba provokasi? Kerusuhan? Perang sipil?” katanya.
Sementara itu, Direktur CAGE, Moazzam Begg juga menuntut pembebasan Sihamedi. “Penargetan salah satu badan amal muslim terbesar di negara itu, BarakaCity dan presidennya Idriss Sihamedi, yang merupakan pendukung vokal untuk hak-hak muslim, mengirimkan pesan yang jelas bahwa negara sedang memburu Islam dan muslim secara terbuka. Dengan tidak adanya tuduhan yang berarti, kami menuntut pembebasannya segera,” katanya.
“BarakaCity dan Sihamedi menikmati dukungan spektrum luas dari komunitas muslim di Perancis. Popularitas Macron sedang merosot dan dia sekarang menjadi calo sayap kanan untuk menunjukkan kepercayaan Islamophobianya untuk pemilihan presiden mendatang. Macron ingin melampaui Marine Le Pen dalam retorika dan kebijakan anti-muslimnya. Akibatnya muslim menjadi target utama di altar ambisi politiknya,” lanjutnya. [wip]